Nas Alkitab :
Tetapi
dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: “Tuhan mengenal
siapa kepunyaan-Nya” dan: “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah
meninggalkan kejahatan.”
Dasar yang teguh, itu
merupakan pondasi pekerjaan Allah. Terdiri dari apa sajakah dasar itu? Mengenai
dasar-dasar ini, terdapat pernyataan-pernyataan yang jelas di dalam Kitab Suci:
- “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Kor. 3:11).
- “Yang dibangun di atas dasar para Rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef. 2:20).
Pekerjaan Allah diletakkan
pada dasar yang teguh, yaitu pada Yesus Kristus. Pekerjaan Allah ada, dibangun
dan akan tetap ada sampai pada kerampungan. Kini, orang dapat saja
bertanya: Di manakah gerangan dasar ini dapat ditemukan pada masa sekarang ini?
Untuk hal ini Rasul Paulus menyebutkan dua “meterai” atau dua tanda pengenal:
- “Tuhan mengenal para milik-Nya”, itu berarti, Ia mengakui mereka, yang berdiri di atas dasar ini dan orang dapat melihat serta menghayati Allah di dalam firman, sakramen atau di dalam perlindungan malaikat-malaikat-Nya.
- “Barangsiapa yang menyebut nama Tuhan, hendaklah meninggalkan kejahatan”, itu berarti, mereka, yang berdiri di atas dasar ini, semuanya dipanggil, untuk menghindari segala perkara yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Kedua tanda pengenal ini,
mengingatkan pada pemberontakan dan kebinasaan yang dialami kumpulan Korah (band. Bil.
16). Musa berkata kepada Korah dan para pengikutnya: “Besok pagi, Tuhan akan
memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya…” (Bil. 16:5). Itu sesuai dengan
tanda pengenal yang pertama, “Tuhan
mengenal para milik-Nya”.
Selanjutnya Musa juga berkata
kepada sidang jemaat itu: “Baiklah kamu menjauh dari kemah orang-orang fasik
ini dan janganlah kamu kena kepada sesuatu apa pun dari kepunyaan mereka…” (Bil.
16:26). Perkataan Musa ini sesuai dengan tanda pengenal yang kedua, “Barangsiapa yang menyebut nama Tuhan,
hendaklah meninggalkan kejahatan” .
Apakah gerangan
perkara-perkara yang tidak memperoleh perkenan Tuhan? Itu adalah
- kurangnya kepercayaan dan pengandalan kepada Tuhan
- ketiadaan kasih
- sikap egois
Hal itu mengantarkan kita pada
suatu himbauan:
- Untuk senantiasa mengandalkan diri pada Tuhan!
- Untuk mengasihi sesama
- Untuk melayani Tuhan dan sidang jemaat-Nya!
Tanda-tanda pengenal yang
telah disebutkan di atas, merupakan suatu kesatuan. Barangsiapa yang
benar-benar ingin menghayati Tuhan, ia harus berusaha untuk menanggalkan segala
perkara, yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Semoga setiap orang mau
berusaha untuk memenuhi kehendak Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar