Dalam benak banyak orang, sering kali timbul kepikiran,
kalau saya mempersembahkan perpuluhan atau berkurban sekian, berapa yang akan
saya peroleh dari Allah, atau seberapa banyak yang akan diberikan Allah
kepadaku. Iya kalau diganti oleh Allah, kalau tidak, bagaimana? Belum lagi
pemikiran kalau saya mempersembahkan perpuluhan atau kurban, lantas bagaimana
untuk mencukupi kebutuhan hidup saya di depan, padahal dengan yang ada sekarang
aja, belum bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari?
Dalam mempersembahkan kurban, meski hal itu sejatinya
merupakan perwujudan dari rasa ucap syukur kita, manusia sering memiliki
pemikiran yang sedemikian. Mereka selalu mengkaitkannya dengan “ilmu dagang”. Tidak
terkecuali pada saat kita mempersembahkan kurban syukur istimewa, sebagai wujud
dari rasa ucap syukur kita terhadap hasil panenan atau hasil dan berkat yang
kita peroleh selama satu tahun.
Ada empat hal yang dapat dijadikan sebagai batu penjuru
untuk membangun dan mempersembahkan rasa syukur kita kepada Allah, khususnya pada
saat kita mempersembahkan rasa Ucap Syukur Istimewa. Keempat batu penjuru itu
adalah :
- Rasa takut akan Allah
- Kepercayaan
- Pengandalan diri pada Allah dan pekerjaan-Nya
- Kesediaan untuk memberikan persembahan dengan sukacita
Selain menjadi tiang kokoh untuk membangun rasa syukur
kita, keempat batu penjuru tersebut, sekaligus merupakan pondasi untuk menjadi
berkat bagi keluarga, sidang jemaat, dan semua orang. Hal ini sebagaimana yang
dilakukan Yusup saat berada di rumah Potifar (Bandingkan dengan Kejadian 39:5)
Mari kita tinjau, persembahan dari berbagai sudut pandang
rohani, sehingga kita tidak memperhitungkan persembahan atau kurban kita,
menggunakan prinsip “ilmu dagang”.
- Persembahan ditinjau secara matematis, pada dasarnya
adalah suatu perpuluhan. Dalam kitab Kejadian 28 : 22,
tertulis, "Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah
Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku, akan selalu
kupersembahkan sepersepuluh kepadamu".
- Persembahan ditinjau secara Alkitab pada dasarnya adalah suatu hukum, peraturan atau perintah.Dalam kitab Ulangan
14 : 22, tertulis, "Haruslah engkau benar-benar
mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu,
tahun demi tahun."
- Persembahan ditinjau secara moril, pada dasarnya adalah suatu hutan.
Dalam kitab Maleakhi 3 : 8, tertulis, "Bolehkah manusia menipu / merampok (Inggris) Allah? Namun kamu menipu / merampok Aku. Tetapi kamu bekata : "Dengan cara bagaimanakah kami menipu / merampok Engkau ? " Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus. - Persembahan ditinjau secara ekonomi, pada dasarnya adalah
suatu investasi / penanaman modal.
Dalam kitab Matius 6 : 20, tertulis, "Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga ; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya
Juga kita baca
Dalam kitab Lukas 6 : 38, tertulis, "Berilah dan kamu akan diberi : suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu, sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar