Kasihanilah aku, Tuhan, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, Tuhan, sebab tulang-tulangku gemetar.
Seruan yang dinyatakan oleh penulis Mazmur di atas, menunjukkan pengakuan akan kelemahan-kelemahannya sebagai manusia dan ia menyesal, bertobat dan mohon pertolongan dari Allah. Dalam terjemahan lain dari Alkitab bahasa Jerman, dikatakan, “Kasihanilah aku, Tuhan, sebab aku lemah; sembuhkanlah aku, Tuhan, sebab tulang-tulangku gemetar.
Saat-saat pertobatan menunjukkan, saat dimana manusia berusaha untuk memahami dan mengakui dirinya, dihadapan Allah; yaitu sebagai orang yang berdosa dan yang membutuhkan pertolongan. Pertobatan berarti berpaling atau bahkan berbalik kepada Allah. Pertobatan bukanlah suatu kejadian yang berlangsung sekali, melainkan suatu tugas yang hendaknya terus-menerus kita lakukan, meskipun kita juga harus berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Sikap mau untuk bertobat, akan memelihara kita di dalam kemurahan Allah.
Tuhan, aku lemah
Mazmur 6 adalah mazmur pertobatan yang pertama. Di dalam Mazmur tersebut, Daud berpaling kepada Allah di dalam kesesakan yang besar, karena ia harus merasakan akibat dari pengejaran oleh musuh-musuhnya. Daud menyadari, bahwa hanya Allah saja yang dapat menyelamatkannya dari dalam keadaan tersebut. Di ayat-ayat terakhir bagian Mazmur ini , tampak samar-samar suatu pengharapan atau gambaran, bahwa Allah akan berbelaskasihan.
Nabi Yeremia juga berada dalam situasi kesesakan yang serupa. Tenaganya hampir habis dan Yeremia mencari pertolongan pada Allah. Kedekatan dengan Allah, membuat Yeremia merasakan: “… maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku, aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup” (Yeremia 20:9).
“Tulang-tulang”, seperti di dalam nas Alkitab, menunjuk pada tubuh jasmani. Jelaslah, bahwa baik kesusahan maupun tenaga dan pertolongan Allah mencakup atau melingkupi manusia secara keseluruhan. Tidak hanya manusia rohani!
Seruan untuk bertobat
Sejak awal pekerjaan-Nya di depan umum, Tuhan Yesus berkhotbah: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1:15). Kerajaan Allah, yang sudah dekat, adalah Tuhan Yesus Kristus. Persekutuan dengan Dia hanya dapat dimiliki oleh dia yang bertobat, yang menerima Dia sebagai Tuhan dan Pelepas. Seruan Tuhan Yesus untuk bertobat juga ditujukan kepada kita, pada masa sekarang ini.
Di dalam Alkitab Perjanjian Lama dinyatakan, apa yang menjadi syarat mutlak di dalam Perjanjian Baru, untuk memperoleh keselamatan:
- Pengetahuan dan pengakuan akan kelemahan dan kekurangan diri sendiri
- Permohonan akan kemurahan
- Perlindungan dari pencobaan oleh dosa.
Jika penulis Mazmur
dikelilingi oleh musuh-musuhnya, maka kita pada masa sekarang ini didesak oleh kuasa-kuasa dosa.
Jalan menuju pertobatan
Di Markus 1:15 tertulis, “kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Dari ayat ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan untuk diri kita:
Jalan menuju pertobatan
Di Markus 1:15 tertulis, “kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Dari ayat ini dapat kita ambil beberapa kesimpulan untuk diri kita:
- Tuhan, Kerajaan Allah, sudah dekat.
Kita boleh mengenali, bahwa pada masa sekarang ini, Allah juga menawarkan kepada kita keselamatan di dalam Kristus. Hal ini kita alami pada saat kita berada di dalam kebaktian. Di dalam keheningan rumah Allah, kita menemukan ketenangan, sehingga firman Allah dapat menyentuh hati kita dan kita dapat merenungkan akan tawaran kemurahan-Nya. - Kita harus menaruh perhatian kepada firman
Tuhan
Sebab pada masa sekarang ini, Tuhan juga menyerukan pertobatan kepada kita. Firman itu hendaknya menyentuh hati kita dan kita ingin berbuat yang sesuai dengan hal itu.
Kita tahu, bahwa dosa memisahkan kita dari Allah, kita mengenali keselamatan yang sekarang ini di dalam Kristus dan mengusahakan sikap yang jujur dan penuh penyesalan di hadapan Allah. Sikap ini memungkinkan kita untuk tetap memiliki persekutuan dengan Sang Pelepas. Dengan persekutuan ini, kita menerima tenaga untuk dapat menghindari si jahat. Selain dari itu, sebagaimana dahulu Yeremia, kita juga akan merasakan dan mengalami “api yang menyala-nyala”, yang mendorong kita untuk dengan sukacita mengakui kebajikan-kebajikan Allah dan kedekatan Kerajaan-Nya.
Sebagai kesimpulan, pertobatan menghantarkan kita kepada pengetahuan akan kelemahan dan kekurangan kita dan mendorong kita untuk senantiasa mohon akan kemurahan Allah. Pada saat didesak oleh kuasa dosa, kita hendaknya senantiasa tetap mencari persekutuan dengan Sang Pelepas, di dalam kebaktian. Dengan sukacita, kita ingin mengakui kemurahan Allah pada diri kita dan kedekatan Kerajaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar