Nas Alkitab :
Lalu
berkatalah Daud kepada Salomo, anaknya: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, dan
lakukanlah itu; janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah,
Allahku, akan menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan
engkau, sampai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai.”
Dalam terjemahan lain dikatakan:
“Lalu berkatalah Daud kepada Salomo,
anaknya: “Hiburlah dirimu dan janganlah putus harap, dan lakukanlah itu;
janganlah takut dan janganlah gentar, sebab TUHAN Allah, Allahku, akan
menyertai engkau. Tuhan tidak akan menarik tangan-Nya dan meninggalkan engkau,
sampai engkau menyelesaikan setiap pekerjaan untuk pelayanan di dalam rumah
Allah.”
Kitab 1 Tawarikh, banyak
menceritakan tentang persiapan-persiapan pembangunan bait suci yang digagas
oleh Daud. Setelah Allah menyetujui
tempat / lokasi bait suci akan didirikan, Daud, kemudian menerima petunjuk dari Allah, untuk
menjauhkan diri dari pembangunan bait suci. Pembangunannya ditentukan Allah
untuk dikerjakan oleh puteranya, Salomo. Selanjutnya, ditetapkanlah
peraturan-peraturan untuk pelayanan dalam bait suci. Dalam 1 Taw. 28, Daud
memperkenalkan Salomo sebagai penerusnya kepada umat itu dan menyerahkan
kepadanya rancangan-rancangan untuk pembangunan bait suci.
Melalui nas di atas, Daud
sekali lagi ingin memberi semangat dan keberanian kepada puteranya, Salomo dan
menunjukkan, bahwa Tuhan akan menyertainya pada saat pembangunan bait suci.
Pada masa sekarang ini, semangat
dan keberanian yang disampaikan oleh raja Daud tersebut, dapat juga diterapkan
dalam perjalanan hidup kita selama di bumi dan dalam upaya pembangunan bait
suci rohani, yaitu jiwa kita. Pembanguan Bait Allah di tempat yang telah
disetujui-Nya, yaitu dalam hati kita, hendaknya juga harus dirampungkan. Kita juga
boleh yakin dan percaya, bahwa apa yang diyakini Daud: “Tuhan akan menyertai engkau”,
juga akan menjadi bagian kita. Tangan berkat-Nya tidak akan ditarik-Nya. Tuhan
tidak akan meninggalkan kita sesaat pun juga.
Kini firman tersebut
menghimbau kita:
Jadilah kuat, tetaplah semangat, dan bertindaklah!
(“Hiburlah dirimu” dalam teks asli berarti “jadilah kuat” dan “janganlah putus
harap” yang
berarti juga “janganlah gentar”. “Lakukanlah” dapat dipahami
sebagai himbauan untuk bertindak.)
Jadilah kuat – himbauan ini memberikan kepada kita
alasan, untuk memperhatikan kelemahan-kelemahan kita. Kelemahan-kelemahan itu
dapat berupa:
- kurangnya kesabaran. Kita sering mengharapkan, bahwa Tuhan segera menolong, dan kita menjadi kecewa, ketika Tuhan ternyata, tampaknya tidak segera atau tampaknya berlambanan untuk menolong.
- kurangnya pengandalan diri. Seringkali kita memberikan terlalu sedikit kesempatan kepada Tuhan untuk memimpin kita.
- kepekaan yang berlebihan dalam hubungan satu dengan yang lain. Kita mungkin masih terlalu sering dan begitu mudah tersinggung oleh pernyataan-pernyataan yang terjadi di dalam sidang jemaat, baik itu oleh karena firman Allah yang terlalu pedas, atau oleh pernyataan-pernyataan saudara-saudari kita sendiri.
Kita ingin menanggalkan
kelemahan-kelemahan ini, bersabar, penuh pengandalan diri dan berbesar hati!
Tetaplah semangat – ini juga merupakan himbauan:
Lihatlah perkara-perkara secara positif. Dalam kenyataan pada masa sekarang ini,
telah menjadi mode, untuk menggambarkan segala sesuatu yang ada di depan, dengan
pesimis. Banyak orang merasakan, bahwa apa yang ada di depan, begitu gelap. Banyak
yang dikeluhkan dan orang hampir tidak melihat hal-hal yang baik. Kita ingin berusaha
dengan keras dan penuh semangat, untuk senantiasa bersikap positif dalam segala
situasi dan kondisi serta mengenali dan mengakui kendali ilahi. Hal ini
terutama ada pada saat kita berada pada:
- masa-masa kekhawatiran dan kesengsaraan. Dalam hal ini kita ingin semakin banyak mencari tangan Allah dan mempercayakan diri kita pada kepemimpinan-Nya. Kekhawatiran dan kesengsaraan dapat menggerakkan tenaga-tenaga kepercayaan dan doa yang istimewa.
- masa-masa
penggodaan. Masa-masa ini memberikan kepada kita kesempatan, untuk mengenali
dan mengakui diri kita sendiri serta untuk bekerja pada diri kita sendiri.
Tuhan mengizinkan banyak perkara terjadi pada diri kita untuk membentuk dan
mendidik kita.
- masa-masa kekecewaan. Banyak orang menyatakan kekecewaannya, bahwa apa yang dinanti-nantikan tidak kunjung datang atau terpenuhi. Sikap yang sedemikian ini juga terjadi pada penantian akan kedatangan Tuhan dan sampai sekarang Tuhan belum datang. Janganlah kita kecewa, janganlah kerinduan akan kedatangan Tuhan menjadi dingin, melainkan kita hendaknya justru dapat menganggap waktu yang diberikan Tuhan kepada kita, sebagai masa kemurahan dan bersyukur serta berterima kasih untuk hal itu.
Bertindaklah – ini juga merupakan himbauan yang sesuai
dengan keadaan waktu. Pada masa sekarang ini, seringkali menjadi kebiasaan,
untuk berbicara banyak, tetapi untuk bertindak, diserahkan kepada orang lain.
Hal ini bukan suatu sikap yang baik. Setiap orang hendaknya memandang pada
dirinya sendiri dan bekerja untuk kerampungan pekerjaan Allah dan untuk menjadi
berkat bagi diri sendiri dan orang lain.
Marilah kita bertekad
untuk menanggalkan kelemahan-kelemahan diri sendiri, untuk mengembangkan lebih
banyak semangat, keberanian, bersikap positif dan mengenali serta mengakui,
bahwa segala sesuatu, dikendalikan oleh Tuhan. Kita juga dapat tetap mengandalkan
diri di masa yang akan datang kepada kepemimpinan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar