Nas Alkitab:
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling
mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,
biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Rasul Paulus mengharapkan
agar kehidupan di dalam sidang jemaat di Roma senantiasa ditandai oleh “kasih persaudaraan”, pergaulan
yang ramah dan penuh kasih, satu dengan yang lain. Sikap ini hendaknya menjadi
selaras dengan apa yang diajarkan Tuhan, meski latar belakang sosial dan etnis
anggota di sidang jemaat tersebut berbeda-beda.
Tuhan Yesus berbicara kepada para ahli Taurat perihal arti
penting kasih. Ia mengatakan, “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para
nabi." Di dalam nas Alkitab kita, Rasul Paulus juga menekankan arti
penting tersebut. Jadi, seluruh pengajaran Injil berdasarkan pada kasih Allah.
Tidaklah senantiasa mudah untuk berpegang pada perintah ini,
karena kita sebagai manusia, sering kali cepat sekali membuat keputusan yang
tidak berdasar pada kasih. Padahal, Allah mengasihi setiap orang, sama. Kita
ingin memusatkan diri dan menjumpai sesama kita dengan penuh kasih, sebagaimana
Allah mengasihi semua orang. Kita ingin memusatkan diri pada Tuhan Yesus
Kristus, yang mengatakan kepada kita, siapakah sesamamu manusia itu (band. Luk.
10:36,37).
Kita juga ingin mempraktekkan belas kasihan, dan
mengusahakan perdamaian dengan setiap orang. Ini harus menjadi ciri khas kita,
sebagai seorang anak Allah.
Penghormatan dan Penghargaan
Kita tidak ingin hanya memandang pada diri kita sendiri
saja, melainkan juga memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan orang lain.
Di dalam hal ini kita memperhatikan, bahwa kita hendaknya senantiasa berusaha menghadapi
orang lain dengan pengertian dan penghargaan yang selayaknya kepada mereka.
Kehidupan bersama kita di dalam sidang jemaat harus
bercirikan hal itu, meskipun kita semua berasal dari keadaan-keadaan yang
berbeda. Perbedaan-perbedaan ini tidak boleh memisahkan, melainkan hendaknya
makin memperkaya kebersamaan kita. Hal ini akan berhasil, jika kita senantiasa
berusaha memahami atau mengerti akan kekurangan dan kelemahan orang lain, serta
mampu untuk menghargai keistimewaan-keistimewaan dan bakat-bakat orang lain,
yaitu menjumpainya di dalam “penghormatan dan penghargaan”.
Maka kemudian “saling mendahului dalam memberi hormat”,
berarti, menghargai bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan orang lain lebih tinggi
dari pada diri sendiri. Selanjutnya penghormatan dan penghargaan yang sejati
menghantarkan juga kepada kerendahan hati.
Seringkali kita berpendapat, bahwa kita merendahkan diri
kita sendiri, jika kita memberikan terlalu banyak penghargaan kepada orang
lain. Namun sebaliknya yang terjadi: Semakin banyak kita memberi penghargaan kepada
orang lain, semakin banyak kita menerimanya kembali.
Janganlah hendaknya
kerajinanmu kendor
Pada banyak orang ada itu perasaan, tidak ada gunanya untuk
mengerahkan bakat-bakatnya di dalam sidang jemaat Tuhan. Perasaan yang
sedemikian itu dapat ditimbulkan oleh karena kurangnya kerendahan hati. Nas
Alkitab kita berkata sebaliknya. Nas itu menghimbau dengan jelas untuk
bertindak, bukan mengutamakan aktualisasi diri, melainkan pelayanan di dalam
sidang jemaat dan kepada Tuhan. Jika kita ambil bagian sedemikian rupa dalam
kehidupan sidang jemaat dan mengerahkan bakat-bakat kita dalam pelayanannya,
maka dengan demikian kita juga melayani Tuhan dengan cara yang benar.
Menyala-nyala di
dalam roh
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol. 2:23). Jadi semua
sukacita dan keikutsertaan kita, datangnya dari kasih kita kepada Allah dan
pekerjaan-Nya.
Apa yang hendaknya kita lakukan, itu akan dinyatakan kepada
kita melalui kinerja Roh Kudus. Petunjuk-petunjuk ini hendaknya dapat
menjadikan hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia menjadi semakin erat.
Karena itulah kita tidak ingin menjadi kendor di dalam perbuatan. Di dalam hal
ini kita juga tidak ingin membiarkan diri kita disimpangkan oleh keadaan-keadaan
yang tidak menguntungkan.
Demikianlah kita ingin melayani Tuhan dan saling melayani
satu dengan yang lain! Sebagai dampaknya sidang jemaat akan mengalami kepenuhan
berkat ilahi dan menjadi suatu persekutuan yang bersukacita dalam menantikan
kedatangan Tuhan Yesus Kristus kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar