Dalam suatu perjalanan, di suatu pedalaman dengan kondisi
jalan tanah yang berdebu dan bergelombang, tampaklah seorang ibu tua sedang
membawa barangnya yang tampak cukup berat, di atas kepala, di bawah terik
matahari. Tampak sekali bahwa ia sudah cukup kelelahan, meski mungkin dalam
kesehariannya, ia sudah bisa menjalaninya.
Seorang asing yang sedang berkendara menggunakan mobil
dengan bak terbuka, dengan arah yang sama, saat melihat hal ini tergeraklah
hatinya untuk menolong sang ibu tua ini, dengan menawarkan tumpangan kepadanya.
Setelah saling berbicara sejenak, sang ibu tua ini dengan sukacita menerima
tawaran tumpangan yang ditawarkan kepadanya, dan ia pun naik di belakang, di
bak truk yang terbuka tersebut.
Tidak lama setelah truk itu berjalan, alangkah terkejutnya
si orang asing ini, ketika ia melihat ke belakang, dan mendapati bahwa sang ibu
ini tidak mau meletakkan barang yang tadi di bawa di atas kepalanya, melainkan
tetap memegangi barang tersebut agar tidak jatuh dari kepalanya. Meski jalan
yang dilalui tidak rata, sehingga mobil pun harus bergoyang-goyang, tapi sang
ibu ini tetap berusaha menjaga agar barang di atas kepalanya tidak sampai jatuh
dan tidak berusaha untuk meletakkan beban di atas kepalanya tersebut.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak jarang Yesus, Tuhan
kita, melihat kita sedang memikul beban yang berat di pundak kita. Dan dengan
penuh kasih, Ia menghampiri kita dan menawarkan kepada kita, “ Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu.” (Matius 11:28)
Ia mengundang kita kepada mesbah kemurahan-Nya, di setiap
kebaktian. Memang banyak diantara kita yang menerima tawaran kemurahan Allah
dan memenuhi undangan-Nya. Tetapi, lihatlah betapa banyak diantara kita yang
ternyata juga tidak mau meletakkan beban kita. Mereka masih berusaha untuk
mendekap beban itu, mereka berusaha sekuat tenaga untuk melindungi beban itu.
Kemarahan, kejengkelan, kekhawatiran, rasa acuh-tak acuh,
sikap tidak mau merukunkan diri, keragu-raguan, kebimbangan dan masih banyak
lagi, adalah beban-beban yang sering kali tanpa kita sadari, tetap kita dekap
sedemikian rupa, meski kita sudah berada di hadapan mezbah kemurahan-Nya.
Akibatnya, beban-beban itu masih saja menjadi suatu beban
yang berat bagi kita, dan ketika kita keluar dari mezbah kemurahan-Nya, kita
pun juga masih harus memikul beban yang berat. Oleh karena itu, marilah kita
dengan kesadaran yang penuh, untuk dengan sukacita meletakkan semua beban-beban
kita pada mezbah kemurahan Allah, sehingga beban-beban itu semua, tidak lagi
memberarti bagi kita dan kita dapat keluar dari mezbah kemurahan Allah dengan penuh
kelegaan, dan dapat terus melanjutkan perjalanan di atas jalan kebenaran Allah, menuju tujuan
yang Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar