Nas
Akitab :
Beribadahlah
kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah,
bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita,
umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. (Mazmur 100:2,3)
“ Beribadahlah kepada Tuhan” sebagaimana
yang tertulis dalam Mzm. 100, mengajarkan
kepada kita hendaknya dapat senantiasa memuliakan Allah dan menuruti perintah-perintah-Nya.
Perintah-perintah yang mana? Semua perintah-Nya. Termasuk di dalamnya adalah
hukum kasih terhadap sesama, yaitu keinginan untuk melayani sesama.
Pada terjemahan yang lain
dikatakan, “Layanilah Tuhan dengan sukacita”. Sang penulis Mazmur menyadari
akan pentingnya arti keselamatan Allah dan Ia juga dapat mengenali dan
mengakui, bahwa Tuhan adalah Allah dan Allah yang tunggal. Di dalam sidang
jemaat, para percayawan memuliakan Tuhan, di dalam sidang jemaat, para
percayawan dapat melayani Allah dan sesama.
Ia tahu, bahwa sidang
jemaat tidak berdiri secara kebetulan, melainkan telah diciptakan berdasarkan
pilihan dan tindakan kelepasan Allah.
Melayani Allah
Di dalam kebaktian Allah
Tritunggal hadir dan ada di dalam firman dan kemurahan-Nya, di dalam
sakramen-sakramen dan di dalam berkat-berkat-Nya. Jadi, pada setiap kebaktian terdapat
dua aspek, yaitu Allah bertindak pada diri kita dan kita melayani-Nya. Para
percayawan, yang merasakan kinerja Allah yang hidup, akan menghadap hadirat-Nya
dengan rasa takut dan hormat, serta akan merespon segala tindakan Allah dengan
pujian, rasa syukur dan penyembahan.
Meskipun demikian, manusia
dengan segala bakat dan kemampuannya hendaknya, dapat mempersembahkan dirinya
secara penuh, sebagai kurban persembahan kepada Tuhan (band. Rm. 12:1). Menjalani
suatu kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah, pada dasarnya, itulah
pelayanan kita untuk Allah!
Melayani sesama
Untuk dapat melayani
sesama dengan baik, sikap Tuhan Yesus adalah contoh-teladan bagi kita. Tuhan
mengatakan, betapa tidak adilnya keadaan di dunia dan bahwa sidang jemaat-Nya
hendaknya dikerangkai oleh kerendahan hati dan pelayanan kepada sesama (band.
Mat. 20:20–28). Untuk sidang jemaat-Nya, pada malam sebelum penderitaan dan
kematian-Nya, Tuhan Yesus memberikan suatu contoh tentang kerendahan hati dan
bagaimana melayani, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya (band. Yoh 13:1–8).
Dari contoh ini, kita dapat
belajar bagaimana melayani sesama, terutama untuk:
1. Penyebaran Injil (= kabar
kesukaan)
Sebagaimana perempuan pada
sumur Yakub, yang setelah berbicara dengan Tuhan Yesus, memberikan kesaksian
kepada orang lain, berkenaan dengan penjumpaannya Yesus, apakah kita, yang
telah mengenal dan mengakui Tuhan, juga memiliki keinginan dan memanfaatkan
setiap kesempatan, untuk mengakui dan memberitakan akan
perbuatan-perbuatan-Nya?
2. Pelayanan dalam sidang jemaat
Rasul Paulus seringkali
menulis dalam surat-suratnya, bahwa dasar untuk melayani sesama adalah kepastian
akan kedatangan Kristus kembali yang sudah dekat. Ini berarti bahwa dalam
kehidupan sidang jemaat, hendaknya tercermin dan terlihat sikap untuk dapat:
- menerima orang lain, sebagaimana Kristus telah menerima kita.
- saling mengerti dan saling menghormati, bila terdapat perbedaan-perbedaan pada cara hidup dan sikap hidup, yang mungkin sama sekali berbeda.
- mendukung yang lemah dan tidak merasa puas terhadap diri sendiri saja
- membawa damai sejahtera dan mengatasi konflik-konflik.
Dalam perumpamaan tentang
penghakiman terakhir, Tuhan Yesus berbicara tentang pentingnya untuk membantu
sesama, dalam perkara-perkara kehidupan sehari-hari (band. Mat. 25:31–40). Kita
memandang seluruh hidup kita sebagai suatu pelayanan untuk Allah dan sesama,
yang olehnya kita membuktikan kasih dan rasa syukur kita kepada Allah.
Sebagai kesimpulan, melayani
Allah berarti,
- untuk memuliakan dan menyembah-Nya dalam segala situasi dan dimanapun kita berada, termasuk di balam kebaktian,
- untuk mempraktekkan kerendahan hati dan pelayanan di dalam sidang jemaat Tuhan,
- untuk bersaksi tentang kebenaran Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar