Nas Alkitab :
Apakah mukamu tidak
berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa
sudah mengintip di depan pintu, ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya.
Jika kita mengingat pada istilah dosa, selain menunjuk kepada apa yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa, kepikiran kita juga akan dengan cepat teringat pada Kain dan Habil, serta peringatan yang diberikan Tuhan kepada Kain, seperti yang tertulis di atas. Tuhan berkata kepadanya: “tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”. Peringatan ini masih dan tetaplah berlaku hingga masa sekarang ini. Dosa, dengan segala bentuk dan wujudnya, sudah sangat menggoda kita, dan ia juga mengintip di depan pintu. Meski demikian, kita dihimbau untuk berkuasa atas dosa.
Apakah yang harus kita lakukan atau pakah yang harus kita waspadai supaya kita jatuh ke dalam dosa? Seringkali, tanpa kita sadari, kita membiarkan diri kita diperdaya oleh dosa. Dan apakah akibat dari dosa itu? Akibat terbesar dari dosa adalah kematian. Tetapi kepada Kain dahulu, juga dikatakan: …Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi (ayat 12).
Menjadi pelarian dan pengembara – Itu adalah akibat dosa
Betapa jauh lebih indah keadaannya, jika seseorang mampu berkuasa atas dosa dan tetap tinggal di dalam kemurahan, sehingga ia tidak perlu menjadi pelarian dan pengembara, melainkan akan senantiasa dipenuhi dengan damai sejahtera ilahi, ketenangan dan tidak berubah-ubah atau berpindah-pindah dalam menjalani jalan kehidupannya.
Bagaimana hal ini bisa kita lakukan? Bukankah kita adalah orang yang berdosa dan kita mengakui hal ini, bahwa kita masih sering berbuat dosa, meski mungkin tidak kita sadari. Itulah sebabnya kita merindukan kemurahan-Nya secara terus-menerus, secara baru.
Jika kita mengingat pada istilah dosa, selain menunjuk kepada apa yang telah dilakukan oleh Adam dan Hawa, kepikiran kita juga akan dengan cepat teringat pada Kain dan Habil, serta peringatan yang diberikan Tuhan kepada Kain, seperti yang tertulis di atas. Tuhan berkata kepadanya: “tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”. Peringatan ini masih dan tetaplah berlaku hingga masa sekarang ini. Dosa, dengan segala bentuk dan wujudnya, sudah sangat menggoda kita, dan ia juga mengintip di depan pintu. Meski demikian, kita dihimbau untuk berkuasa atas dosa.
Apakah yang harus kita lakukan atau pakah yang harus kita waspadai supaya kita jatuh ke dalam dosa? Seringkali, tanpa kita sadari, kita membiarkan diri kita diperdaya oleh dosa. Dan apakah akibat dari dosa itu? Akibat terbesar dari dosa adalah kematian. Tetapi kepada Kain dahulu, juga dikatakan: …Engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi (ayat 12).
Menjadi pelarian dan pengembara – Itu adalah akibat dosa
Betapa jauh lebih indah keadaannya, jika seseorang mampu berkuasa atas dosa dan tetap tinggal di dalam kemurahan, sehingga ia tidak perlu menjadi pelarian dan pengembara, melainkan akan senantiasa dipenuhi dengan damai sejahtera ilahi, ketenangan dan tidak berubah-ubah atau berpindah-pindah dalam menjalani jalan kehidupannya.
Bagaimana hal ini bisa kita lakukan? Bukankah kita adalah orang yang berdosa dan kita mengakui hal ini, bahwa kita masih sering berbuat dosa, meski mungkin tidak kita sadari. Itulah sebabnya kita merindukan kemurahan-Nya secara terus-menerus, secara baru.
Kita hendaknya senantiasa
dapat ambil bagian dalam setiap pengampunan dosa, suatu kemurahan dan karunia
yang besar yang diberikan Allah kepada kita dalam setiap kebaktian. Selanjutnya,
melalui penerimaan Perjamuan Kudus, kita menerima tenaga yang besar, yang
memampukan kita berkuasa atas dosa, sehingga kita akan memiliki hidup, dan mencapai
persekutuan langsung dengan Raja Kehidupan, Tuhan Yesus Kristus, Pembawa
Harapan kita.
Di dalam kitab Yohanes 6:53-58, tertulis apa yang dikatakan Yesus tentang roti hidup (Perjamuan Kudus), ”Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Jadi, dengan menerima dan menikmati tubuh dan darah Yesus, suatu harapan akan kehidupan yang baru, muncul, sehingga kita dapat memiliki hidup dan hidup itu masuk kembali ke dalam diri kita, ke dalam setiap jiwa! Bukankah pengharapan baru ini merupakan karunia-karunia ilahi yang luar biasa?
Kita ingin memanfaatkannya dengan segenap hati dan dengan penuh kerendahan hati dan kepercayaan, menundukkan diri dalam-dalam di hadirat Tuhan, untuk meraih firman pengampunan dosa, dengan rasa syukur dan menikmati Perjamuan Kudus dengan kepatutan dan kekudusan
Di dalam kitab Yohanes 6:53-58, tertulis apa yang dikatakan Yesus tentang roti hidup (Perjamuan Kudus), ”Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Jadi, dengan menerima dan menikmati tubuh dan darah Yesus, suatu harapan akan kehidupan yang baru, muncul, sehingga kita dapat memiliki hidup dan hidup itu masuk kembali ke dalam diri kita, ke dalam setiap jiwa! Bukankah pengharapan baru ini merupakan karunia-karunia ilahi yang luar biasa?
Kita ingin memanfaatkannya dengan segenap hati dan dengan penuh kerendahan hati dan kepercayaan, menundukkan diri dalam-dalam di hadirat Tuhan, untuk meraih firman pengampunan dosa, dengan rasa syukur dan menikmati Perjamuan Kudus dengan kepatutan dan kekudusan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar