Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa
Di dalam Mazmur 104:24 kita baca: ”Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu.”. Di terjemahan Alkitab yang lain dikatakan, ”Betapa agung dan banyak perbuatanMu, ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu.” Pengakuan ini, disamping berisi penghormatan terhadap Allah, tetapi juga penghormatan akan pekerjaan penciptaannya, dan yang lebih khusus lagi adalah, sebagai rasa syukur terhadap Sang Pencipta.
Pekerjaan penciptaan-Nya meliputi ciptaan yang kelihatan dan ciptaan yang bagi kita
masih belum kelihatan, baik hari ini, maupun hari esok. Semua dijadikan Tuhan
dengan bijaksana, untuk menjadi sesuatu yang berguna dan dapat dimanfaatkan manusia.
Mari kita lihat Nas di atas, dari latar belakang masa lalu. Pada masa itu makanan-makanan
tertentu dianggap haram, dan Rasul Paulus menentang pikiran-pikiran tersebut. Rasul
Paulus di dalam suratnya, menentang sikap-sikap rohani, yang memisahkan
kekayaan ciptaan Allah, antara yang baik dan yang jahat, dan antara yang halal
dan yang haram. Bertolak dari hal ini, Rasul Paulus menyusun peraturan-peraturan dasar. Segala
sesuatu hendaknya diterima dari Allah dengan rasa syukur. Apa yang diterima
dengan ucapan syukur, adalah baik.
Alam dan apa yang ada di dalamnya adalah
salah satu ciptaan yang diciptakan-Nya, melalui firman Allah; dengan demikian
ciptaan itu dikuduskan. Keadaannya memang demikian, meskipun, karena kejatuhan
manusia ke dalam dosa, kemurnian yang ada dalam ciptaan tersebut, menjadi ”terluka”.
Firman ini menjadi suatu dasar, bagi kebiasaan kita yang juga masih dipelihara dalam
keluarga kita, untuk menjelang waktu makan, kita memanjaatkan doa makan. Segala
sesuatu yang diterima dengan ucapan syukur, adalah baik. Doa sebelum makan, juga
menyatakan dan mengungkapkan sikap rohani kita.
Kini marilah kita tarik lingkaran itu, sedikit lebih jauh. Segala sesuatu
yang menentukan kehidupan duniawi kita, dan kemungkinan-kemungkinan yang
beraneka ragam, yang Ia taruhkan ke dalam ciptaan-Nya, pada dasarnya, kita terima
dengan penuh rasa bersyukur kepada Allah. Kita ingin menerimanya dengan ucapan
syukur dan memperlakukannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Ucapan
syukur, hendaknya lebih dari sekedar perasaan sesaat. Ucapan syukur hendaknya
menjadi sikap dasar rohani, sehingga kita dapat senantiasa melihat tangan Allah
yang baik, dibalik segala sesuatu, yang Ia ciptakan dan berikan.
Ucapan syukur atas kehidupan, menimbulkan tanggung jawab seorang terhadap
yang lain dan memberikan dorongan-dorongan untuk manyatakan kasih terhadap
sesama manusia. (bandingkan dengan Ibrani 13:16).
Marilah kita terapkan firman ini pada kehidupan kepercayaan kita. Kita
boleh menjadi anak-anak Allah. Kita dipersiapkan bagi hari kedatangan Kristus
kembali. Perhatian dan kasih sayang Allah, hendaknya dapat senantiasa kita terima
dan alami dengan ucapan syukur.
Kalau kita melihat di dalam sidang-sidang jemaat, tidak kita pungkiri dan
kita tidak bisa tutup mata, bahwa ada banyak ketidak-sempurnaan dan kelemahan.
Meskipun demikian apa yang Allah berikan telah dikuduskan, untuk menjadi sesuatu yang baik. Dan, adalah baik, jika
kita menerimanya dengan ucapan syukur. Ucapan syukur ini akan memampukan kita
untuk membuka pandangan mata kita terhadap sesuatu yang hakiki. Tapi, ini juga
bukan berarti kita diam saja, melainkan secara bersama-sama, dengan pertolongan
Allah, kita ingin membangun, mengembangkan, menumbuhkan, dan memperbaiki sidang
jemaat, agar sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan kita, Yesus Kristus dan
Allah, Sang Bapa kita.
Menerima tawaran Allah, menghargai karunia-karunia ilahi, memperlakukan
karunia-karunia itu dengan penuh tanggung jawab dan ucapan rasa syukur, itu
merupakan hal-hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, satu dengan yang
lain. Dalam sikap yang sedemikian inilah, kita mempersembahkan kurban syukur
kita, pada masa sekarang.
Dengan demikian kita ingin menyatakan, bahwa kita sehati dan sejiwa, kita berada
dalam satu pekerjaan kelepasan, dan dengan demikian kita juga ingin menyumbangkan
bagian kita untuk kerampungan pekerjaan keselamatan Allah.
Sebagai kesimpulan, meskipun tujuan kepercayaan kita, senantiasa kita berikan prioritas, tetapi kita tidak ingin menganggap sepele, apa yang ada di alam, yang adalah juga sebagai ciptaan Allah, Bahkan, kita justru harus bersyukur kepada Allah, atas semua hal itu. Karena semuanya itu terjadi melalui firman penciptaan Allah. Dengan firman-Nya, Alah juga akan merampungkan kita dan pekerjaan kelepasan-Nya.
Sebagai kesimpulan, meskipun tujuan kepercayaan kita, senantiasa kita berikan prioritas, tetapi kita tidak ingin menganggap sepele, apa yang ada di alam, yang adalah juga sebagai ciptaan Allah, Bahkan, kita justru harus bersyukur kepada Allah, atas semua hal itu. Karena semuanya itu terjadi melalui firman penciptaan Allah. Dengan firman-Nya, Alah juga akan merampungkan kita dan pekerjaan kelepasan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar