Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah.
Sementara Yesus sedang berdoa, para murid berlayar menyeberangi danau itu. Ia langsung melihat, bahwa perahu itu tidak dapat maju karena angin sakal (ayat 48). Kemudian Ia berjalan di atas air menghampiri murid-murid dan berkata: “Jangan takut”. Ini adalah suatu rumus yang menjadi ciri khas Yesus (Mat. 28:5; Luk. 1:13,30), yang dengan cara seperti itu Ia menjadikan diri-Nya dapat dikenali oleh murid-murid. Awalnya, mereka mengira bahwa mereka sedang mengalami suatu peristiwa yang tidak nyata, atau bahwa mereka sedang melihat hantu. Di sini menunjukkan kepada kita, betapa Tuhan ingin senantiasa menyertai kita, ingin dekat dengan kita, ingin menjaga dan menolong kita
Demikian juga, pada masa dan tahun yang baru ini, kita memiliki kepastian bahwa Tuhan ingin menyertai kita. “Menyertai kita”, dimaksudkan dan mengacu pada sidang jemaat-Nya dan pada setiap individu yang ada di dalamnya. Sebagaimana para murid yang berada di dalam perahu, berlayar menuju ke seberang, demikian juga dengan kita. Kita juga berjuang untuk mencapai suatu tujuan di dalam sidang jemaat kita, yang telah dipilih Tuhan untuk kita. Kalau tujuan mereka pada saat itu adalah Betsaida, tempat asal beberapa murid, maka tujuan kita adalah tempat kemuliaan Tuhan (band. Yoh. 17:24).
Tuhan memperhatikan kita
Kita, bersama dengan setiap sidang jemaat Tuhan, bergerak ke sana melalui suatu lingkungan yang berbahaya, yang terkadang mengancam diri kita secara rohani. Dan dalam hal ini, nampaknya juga tidak akan ada yang berubah, selama dalam kurun waktu yang baru, yang ada di depan kita. Seperti murid-murid pada waktu itu, terkadang, kita juga tidak dihindarkan dari perjuangan-perjuangan dan kesulitan-kesulitan agar kita dapat maju di atas jalan kepercayaan kita dan di dalam kehidupan sidang jemaat.
Meningkatnya sikap menjauhkan diri dari Allah, yang disertai dengan tumbuhnya rasa ketidakpercayaan dan keadaan hati yang dingin yang dihasilkan dari situ, keterbatasan waktu dan kekhawatiran-kekhawatiran yang menekan kehidupan jasmani kita pada masa ini, juga tidak berkurang. Keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan seperti ini akan terus menghalangi kita “maju”. Dan bahkan, mungkin kita malah akan diusik dengan pertanyaan: “Apakah Tuhan melihatnya?” Jawabnya, adalah Ya!, karena “Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu” (1 Kor. 10:13).
Tuhan menghampiri kita
Sudah sejak pada masa itu, para murid senantiasa mengalami kesetiaan-Nya. Yesus bahkan mendampingi mereka, ketika Ia melihat bagaimana mereka berjuang. Ketika Ia datang kepada mereka, Ia menyapa mereka dan naik ke dalam perahu bersama mereka, dan mereka merasakan dampak dari kedekatan-Nya: Angin pun redalah.
Kita juga boleh mengandalkan kedekatan dan penyertaan Tuhan, karena Ia
- “dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm. 34:19). Di dalam kedukaannya setelah penguburan Tuhannya, Maria Magdalena dapat merasakan bahwa Dia Yang Telah Bangkit menghampirinya (band. Yoh. 20: 15,16). Kita juga merasakan kedekatan dan keselamatan Tuhan – terutama di dalam doa dan di dalam kebaktian.
- menghibur dan menguatkan kita di tengah semua peristiwa: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Demikianlah Ia menyapa semua jiwa di dalam sidang jemaat-Nya dan membiarkan mereka mengenali bahwa Ia mahahadir! Kita juga ingin memperhatikan janji kehadiran-Nya ini di dalam keadaan-keadaan yang meresahkan.
- akan senantiasa menyertai kita dan menuntun kita kepada Bapa. Agar kita dapat “maju”, hendaknya kita senantiasa berusaha untuk membuka akses bagi Tuhan agar dapat masuk ke dalam kehidupan kita. Persekutuan hidup dengan-Nya, juga membuat kita memiliki ketenangan dan damai sejahtera di tengah semua peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar