Karena itu, perhatikanlah dengan
saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti
orang arif dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Efesus 5:15-16)
Tidak jarang
kita dihimbau untuk secara khusus menyediakan waktu bagi Allah dan pekerjaan
kelepasan-Nya, ya bahkan juga untuk menyediakan waktu untuk jiwa kita sendiri.
Dengan keadaan dunia yang penuh hiruk-pikuk seperti pada masa ini, dimana tuntutan-tuntutan senantiasa meningkat, tugas-tugas menjadi semakin banyak dan agenda kegiatan semakin padat, pada beberapa orang, mereka akan dengan cepat mengantisipasinya dengan menerapkan pola hidup yang tertib, bahkan mereka masih bisa menyediakan waktu yang cukup untuk menyibukkan diri dengan kebutuhan-kebutuhan jiwa.
Perhitungan waktu Allah memang berbeda dengan perhitungan manusiawi. Hal ini telah ditunjukkan oleh Ayub sewaktu bertukar pikiran dengan teman-temannya tentang berbagai pengertian waktu (bandingkanlah dengan Ayub 10:5). Allah melihat secara keseluruhan, dengan cara pandang yang jauh lebih luas; sebaliknya, manusia hanya melihat sebagian kecil, hanya saat itu saja. Di saat yang sedemikian itu, orang ingin menjejali dan memasukkan segala sesuatu sampai penuh, kepada waktu yang sempit, yang dimilikinya. Orang ingin terlibat dan mencoba segala sesuatu serta membawa segala sesuatu berdasarkan semboyan: Jangan sampai ketinggalan! Tetapi setiap orang hanya memiliki waktu terbatas, dalam satu hari dan di dalam seluruh masa kehidupannya.
Pada masa sekarang ini, banyak perkara yang menggoda, menggiurkan, dan berbagai macam tawaran dunia, ada di dekat kita dan menyita cukup banyak waktu kita. Jika kita tidak ingin terhanyut ke dalamnya dan tidak mau dikatakan bahwa kita termasuk orang yang ingin ikut mengalami segala sesuatu yang sedang terjadi, maka kita dinasihatkan untuk dapat menggunakan waktu ini dengan bijaksana dan dengan penuh berkat. Kita hendaknya hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat hakiki dan mampu melawan segala sesuatu yang dapat memboroskan waktu kita.
Demikianlah banyak orang ingin melakukan banyak perkara dalam waktu yang bersamaan: misalnya pada waktu mengemudiakan mobil, pada waktu makan, pada waktu membaca, pada waktu belajar; ya bahkan pada waktu bercakap-cakap sering kali sulit, untuk berkonsentrasi dengan lawan bicara. Seluruh waktu hidup kita hendaknya dipenuhi oleh perkara-perkara yang penting dan yang bermanfaat.
Agar dapat memiliki waktu, kita harus terlebih dahulu menetapkan prioritas-prioritas. Apakah yang benar-benar penting bagi kita? Banyak hal, sebenarnya menghabiskan banyak waktu, jika diamati dengan lebih teliti, dan itu pun, hanya memiliki arti yang tidak seberapa. Sebuah peribahasa mengatakan: “Pertama-tama Yang Mahatinggi, kemudian sesama kita, dan kemudian aku!”
Apabila kita dapat mengenali nilai perkara-perkara tersebut, satu demi satu, dan kita dapat melakukannya, maka kita juga akan dapat meluangkan waktu yang tepat, untuk hal itu.
Dengan keadaan dunia yang penuh hiruk-pikuk seperti pada masa ini, dimana tuntutan-tuntutan senantiasa meningkat, tugas-tugas menjadi semakin banyak dan agenda kegiatan semakin padat, pada beberapa orang, mereka akan dengan cepat mengantisipasinya dengan menerapkan pola hidup yang tertib, bahkan mereka masih bisa menyediakan waktu yang cukup untuk menyibukkan diri dengan kebutuhan-kebutuhan jiwa.
Perhitungan waktu Allah memang berbeda dengan perhitungan manusiawi. Hal ini telah ditunjukkan oleh Ayub sewaktu bertukar pikiran dengan teman-temannya tentang berbagai pengertian waktu (bandingkanlah dengan Ayub 10:5). Allah melihat secara keseluruhan, dengan cara pandang yang jauh lebih luas; sebaliknya, manusia hanya melihat sebagian kecil, hanya saat itu saja. Di saat yang sedemikian itu, orang ingin menjejali dan memasukkan segala sesuatu sampai penuh, kepada waktu yang sempit, yang dimilikinya. Orang ingin terlibat dan mencoba segala sesuatu serta membawa segala sesuatu berdasarkan semboyan: Jangan sampai ketinggalan! Tetapi setiap orang hanya memiliki waktu terbatas, dalam satu hari dan di dalam seluruh masa kehidupannya.
Pada masa sekarang ini, banyak perkara yang menggoda, menggiurkan, dan berbagai macam tawaran dunia, ada di dekat kita dan menyita cukup banyak waktu kita. Jika kita tidak ingin terhanyut ke dalamnya dan tidak mau dikatakan bahwa kita termasuk orang yang ingin ikut mengalami segala sesuatu yang sedang terjadi, maka kita dinasihatkan untuk dapat menggunakan waktu ini dengan bijaksana dan dengan penuh berkat. Kita hendaknya hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat hakiki dan mampu melawan segala sesuatu yang dapat memboroskan waktu kita.
Demikianlah banyak orang ingin melakukan banyak perkara dalam waktu yang bersamaan: misalnya pada waktu mengemudiakan mobil, pada waktu makan, pada waktu membaca, pada waktu belajar; ya bahkan pada waktu bercakap-cakap sering kali sulit, untuk berkonsentrasi dengan lawan bicara. Seluruh waktu hidup kita hendaknya dipenuhi oleh perkara-perkara yang penting dan yang bermanfaat.
Agar dapat memiliki waktu, kita harus terlebih dahulu menetapkan prioritas-prioritas. Apakah yang benar-benar penting bagi kita? Banyak hal, sebenarnya menghabiskan banyak waktu, jika diamati dengan lebih teliti, dan itu pun, hanya memiliki arti yang tidak seberapa. Sebuah peribahasa mengatakan: “Pertama-tama Yang Mahatinggi, kemudian sesama kita, dan kemudian aku!”
Apabila kita dapat mengenali nilai perkara-perkara tersebut, satu demi satu, dan kita dapat melakukannya, maka kita juga akan dapat meluangkan waktu yang tepat, untuk hal itu.
Mari kita
bertanya, “Apakah kita memiliki waktu untuk
- Kebaktian?
- Menyibukkan diri dengan firman-firman Allah dan mezbah kemurahan-Nya?
- Bercakap-cakap di dalam keluarga- terutama tentang kepercayaan?
- Sesama kita?
- “Berkunjung” pada diri kita sendiri, dengan cara kita berintrospeksi?
Ketika Tuhan Yesus berada di taman Getsemani, Ia berulang-kali maju “sedikit” (Markus 14:35), untuk menyendiri dan mencari kedekatan dengan Bapa-Nya. Saat-saat semacam itu, untuk berada sendirian bersama Allah, biarlah juga ingin kita sediakan. Apabila kita telah memilih sesuatu untuk dikerjakan, dan juga dapat menetapkan prioritas dengan tepat, maka tanpa kita sadari, kita akan memiliki lebih banyak waktu untuk perkara yang penting dan yang abadi. Waktu hidup kita hendaknya kita pergunakan untuk segala sesuatu yang mengarah kepada tujuan dan dengan demikian waktu kita jadi memiliki makna yang tinggi dan suatu nilai yang agung.
Barangsiapa menjalani masa hidupnya, dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta menggunakan waktunya untuk mengarah kepada tujuan, maka secara otomatis kita akan dapat menjawab pertanyaan berikut, “untuk tujuan apa Allah memberikan waktu itu kepada kita”.
Terinspirasi, BJR10603
Tidak ada komentar:
Posting Komentar