Nas Alkitab :
Permulaan hikmat adalah takut akan Allah dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
Rasa takut akan Allah hendaknya
menjadi penjaga pintu, bagi hati kita. Selama penjaga ini tetap berjaga-jaga, harta
yang telah Allah berikan kepada kita, dan yang kita bawa di dalam hati kita,
akan senantiasa terpelihara. Barangsiapa memiliki rasa takut akan Allah, tidak akan
membiarkan masuknya kejahatan, roh kebencian, dendam, roh tidak mau merukunkan
diri. Apabila seseorang memiliki rasa takut akan Allah, orang itu akan menerima
dan melipat gandakan harta surgawi.
Di dalam Mazmur 111:10, kita
menemukan firman yang cocok dengan nas kita: “Permulaan hikmat adalah takut
akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian
kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Sudah sejak kanak-kanak kita di ajarkan
melalui penjelasan Hukum Sepuluh Perkara, yang dalam setiap butirnya di mulai
dengan: “Kita hendaknya takut dan mencinta Allah…”(bandingkan dengan Buku Tanya
Jawab hal. 133).
Dari semua hukum tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa barangsiapa
menyimpannya dan tetap setia di dalam kasih dan takut akan Allah, maka ia adalah
orang yang bijaksana. Alkitab melaporkan mengenai orang-orang yang telah membuktikan rasa
takut mereka kepada Allah: Yusuf, misalnya, menolak istri majikannya agar tidak
mengecewakan Allah (bandingkan dengan Kejadian 39:9), dan karena kepercayaannya,
Daniel tidak makan makanan yang di sediakan oleh raja Babel (bandingkan dengan
Daniel 1:8). Di zaman kita, kita
juga dapat menemukan banyak contoh, yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Suatu ketika, salah seorang
saudara kita tidak mau di rukunkan kembali. Ia ingin menerapkan hukum: “Mata
ganti mata dan gigi ganti gigi (Bandingkan dengan Matius 5:38). Ia berkata:
“Saya adalah pihak yang dirugikan dan sekarang saya harus menanggung cidera
lebih lanjut… saya telah di serang dan untuk ini saya akan membalasnya.”
Seorang hamba Allah yang mendengar ini, bertanya kepada saudara itu: “Benar,
dan apabila seseorang telah mencuri darimu, apakah engkau akan menjadi pencuri
juga?” Saudara itu merenungkan masalah ini, dan akhirnya ia sadar bahwa ia juga tidak ingin melanggar hukum dan
akhirnya akan dihukum juga karenanya.
Lagi pula, Yesus sendiri telah
berkata: “Kasihanilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”
(Matius 5:44). Rasa takut akan Allah, tidak hanya dengan menghormati Tuhan,
tetapi juga agar kita memperhatikan firman-Nya. Inilah permulaan dari hikmat, yang
dinyatakan oleh orang-orang yang hidup dengan berdasarkan hukum ilahi:
- Membalas kebencian dengan kasih
- Tidak menaruh dendam, melainkan mengampuni dan merukunkan diri.
- Mengasihi sesamanya seperti diri sendiri.
Pelanggaran hukum-hukum ilahi
dalam bidang-bidang tertentu hanya beberapa saat dihukum oleh sistim peradilan
dunia, namun demikian, kita harus ingat bahwa sesuatu yang di taburkan akan
menghasilkan panenan yang sesuai. Rasa takut akan Allah tidak memperkenankan
bagi kita untuk memiliki watak yang kejam. Rasa takut akan Allah juga tidak memperkenankan kita untuk tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni dan menghakimi. Watak yang kejam, tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni dan suka menghakimi hendaknya tidak berakar di
dalam hati kita, melainkan membatu kita untuk tumbuh ke dalam citra Sang Putera
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar