Nas Alkitab :
Tetapi
kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi
usahamu!
Ungkapan “kuatkanlah hatimu” menunjukkan semangat
yang teguh, pengandalan diri dan hati yang bergembira. Marilah kita membangun
pekerjaan Allah dengan sikap hati seperti itu, dan melanjutkannya sampai masa kerampungan,
karena untuk tujuan itulah kita diutus.
Bagaiman kita dapat memiliki “hati yang kuat”? Karena
tangan kanan Tuhan mempertahankan kemenangan bagi kita! Kita menemukan ungkapan
“kuatkanlah hatimu” di banyak tempat di dalam Alkitab. Di dalam Matius 9:2 kita
baca: “Percayalah (kuatkanlah hatimu) hai anakKu, dosamu sudah diampuni”.
Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang yang lumpuh. Kelumpuhan
menghalangi gerakan tubuh. Dalam arti rohani ini adalah merupakan dampak dari dosa.
“Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah
menyelamatkan engkau.” (Matius 9:22), merupakan jawaban Tuhan Yesus kepada
perempuan yang sakit pendarahan. “Sakit pendarahan” dalam kasus ini,
menunjukkan suatu keadaan yang lemah. Tanpa kepercayaan, kita juga akan benar-benar
dalam keadaan lemah! Dengan meraih kemurahan melalui iman kita pada firman
Allah, maka kita, sebagai anak-anak Allah, akan dapat memiliki hati yang kuat.
“…jangan lemah semangatmu.” Teruslah bekerja dan
berdoa! Doa akan sangat menolong dan benar-benar akan menggerakkan kekuatan
surga. Untuk dapat merawat jiwa dengan belas kasihan dan penuh pengertian harus
kita jadikan perhatian yang paling utama di dalam hati kita.
Kebaktian-kebaktian yang berbobot, yang penuh dengan
kehidupan ilahi, kunjungan keluarga yang berbobot, yang penuh kegembiraan
ilahi, firman yang menguatkan bagi segala golongan usia, dari anak-anak sampai
orang tua, menguatkan semangat kita dan secara mutlak sangat dibutuhkan pada masa
kita sekarang ini.
Kita juga ingin memiliki sidang jemaat yang
bergembira. Ini dapat dimulai dengan nyanyian sidang jemaat dan paduan suara
yang bergembira dan diakhiri dengan “Amin” yang kuat. Namun kita tidak boleh
mengabaikan “kebun anggur pribadi” kita. Kita masing-masing memiliki sanak famili,
kenalan dan kita juga kenal banyak orang di lingkungan kita. Untuk memberikan
kesaksian pada saat yang tepat, ini juga berarti menggenapi himbauan; “jangan
lemah semangatmu…” atau “jangan berpangku tangan”. Dan selanjutnya biarlah
kasih dan kemurahan Allah akan menyediakan bagi kita suatu upah yang kekal. Di
dalam Wahyu 22:12 kita baca: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa
upahKu untuk membalas kepada setiap orang menurut perbuatannya” Bagaimana keadaan
kita pada akhirnya – itulah yang penting! Biar bagaimanapun juga kita tidak mau
memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging (bandingkan dengan Galatia
3:3)
Upah dari Allah terdiri dari berbagai komponen.
Komponen yang terutama dari upah ini adalah ikut ambil bagian di dalam
kebangkitan yang pertama. Kemudian disusul dengan perjumpaan kembali dengan
semua orang yang kita kasihi. Ini dilanjutkan dengan pekerjaan kita di dalam kerajaan
damai seribu tahun. Akhirnya, kita akan mewarisi kebahagiaan kekal di dalam
kemuliaan. Tidak ada orang yang mampu untuk melukiskan peristiwa-peristiwa ini,
karena peristiwa ini berada di luar kemampuan kata-kata, pikiran ataupun
imaginasi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar