Jumat, 12 Agustus 2016

Tuhan Menyertai Kita (Matius 8:25,26)

Nas Alkitab :

Maka datanglah murid-muridNya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 

Pada saat Yesus dan murid-murid-Nya berada di perahu di atas danau Genesaret, tanpa diduga mereka mengalami sesuatu pengalaman yang sangat buruk. Angin ribut bertiup kencang saat mereka menaiki kapal itu, dan ombak menyembur ke dalam perahu, sehinggga perahu tersebut mulai dipenuhi dengan air. Karena bahaya semakin besar, mereka pun diliputi rasa takut dan putus asa, sementara Yesus terlihat tetap tertidur dengan pulas di buritan, di atas sebuah tilam. Murid-murid-nya kemudian melakukan seperti apa yang tersebut dalam nas di atas. 

Gambaran seperti yang diuraikan di atas, juga sering terjadi pada diri kita, ketika kita berjalan di atas jalan keselamatan yang telah ditentukan oleh Allah.

Kehidupan kita dapat diibaratkan seperti seseorang yang sedang berlayar di atas lautan zaman, dan dalam perjalanan ini, seringkali kita melewati angin ribut dan gelombang-gelombang yang tinggi. Banyak orang berada di dalam kemiskinan atau kesusahan, dan mereka berjuang untuk mempertahankan hidupnya, yang lain terbaring sakit di atas tempat tidurnya, yang lain lagi terusik oleh tuduhan-tuduhan pada diri sendiri atau menderita karena ejekan dan celaan. Keadaan-keadaan semacam itu sering mengganggu kita sedemikian keras dan sekali waktu timbul pikiran: Apakah Tuhan kita juga tertidur? Apakah yang kita lakukan, agar tidak tenggelam, agar kapal kita tidak karam?

Dahulu murid-murid Yesus menyatakan permohonan hati mereka dengan kata-kata: “Tuhan, tolonglah, kita akan binasa!”. Pada masa sekarang, kita berpaling kepada Tuhan di dalam doa-doa, yang kita panjatkan dari dalam lubuk hati yang paling dalam. Di dalamnya terkandung pengakuan akan ketidak berdayaan kita dan akan kemaha-kuasaan-Nya. Kita tidak dapat meredakan “angin ribut dan gelombang-gelombang’, kita sendiri juga tidak dapat mengubah keadaan-keadaan, kita sendiri juga tidak dapat menghapus dosa, tetapi Tuhan dapat melakukannya! Dan kita tahu, bahwa Ia mendengarkan kita (bandingkan degan 1 Yohanes 5:14,15).

Jam-jam di dalam kehidupan kita, yang kita alami dengan penuh rasa takut, seringkali sekaligus juga merupakan jam-jam yang menghasilkan berkat. Kita dapat mengalami pertolongan Tuhan, karena Ia memberikan janji: “aku akan menyertaimu setiap hari sampai kesudahan dunia” (Matius 28:20). Selama kita masih mau berdoa, sejauh itu pulalah, ada pengharapan akan pertolongan.

Sebagai jawaban atas seruan permintaan tolong mereka, murid-murid pada mulanya justru mendengar kata-kata teguran: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Tetapi kemudian datang pertolongan.

Pada masa sekarang, peringatan itu juga berlaku bagi kita, kepercayaan kita hendaknya tidak luntur dan menjadi kurang percaya. Baik kesusahan rohani maupun jasmani hendaknya tidak menggoncangkan kepercayaan kita.

Jika angin ribut dan gelombang, dapat diredakan melalui firman Tuhan, demikian juga keadaan di dalam diri kita dan di sekitar kita, akan dapat menjadi tenang kembali, melalui firman Tuhan. Damai sejahtera-Nya akan bersemayam dalam jiwa kita. Ia akan membawa bahtera  kehidupan kita melewati semua keadaan dan akhirnya menghantarkan kita ke pelabuhan ketentraman yang abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar