Senin, 08 Agustus 2016

Terimalah Dengan Ucap Syukur (1 Timotius 4:4-5)

Nas Alkitab :

Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa

Di dalam Mazmur 104:24 kita baca: ”Betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu.”. Di terjemahan Alkitab yang lain dikatakan, ”Betapa agung dan banyak perbuatanMu, ya Tuhan, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu.” Pengakuan ini, disamping berisi penghormatan terhadap Allah, tetapi juga penghormatan akan pekerjaan penciptaannya, dan yang lebih khusus lagi adalah, sebagai rasa syukur terhadap Sang Pencipta.

Pekerjaan penciptaan-Nya meliputi ciptaan yang kelihatan dan ciptaan yang bagi kita masih belum kelihatan, baik hari ini, maupun hari esok. Semua dijadikan Tuhan dengan bijaksana, untuk menjadi sesuatu yang berguna dan dapat dimanfaatkan manusia.

Mari kita lihat Nas di atas, dari latar belakang masa lalu. Pada masa itu makanan-makanan tertentu dianggap haram, dan Rasul Paulus menentang pikiran-pikiran tersebut. Rasul Paulus di dalam suratnya, menentang sikap-sikap rohani, yang memisahkan kekayaan ciptaan Allah, antara yang baik dan yang jahat, dan antara yang halal dan yang haram. Bertolak dari hal ini, Rasul Paulus menyusun peraturan-peraturan dasar. Segala sesuatu hendaknya diterima dari Allah dengan rasa syukur. Apa yang diterima dengan ucapan syukur, adalah baik. 

Alam dan apa yang ada di dalamnya adalah salah satu ciptaan yang diciptakan-Nya, melalui firman Allah; dengan demikian ciptaan itu dikuduskan. Keadaannya memang demikian, meskipun, karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, kemurnian yang ada dalam ciptaan tersebut, menjadi ”terluka”.

Firman ini menjadi suatu dasar, bagi kebiasaan kita yang juga masih dipelihara dalam keluarga kita, untuk menjelang waktu makan, kita memanjaatkan doa makan. Segala sesuatu yang diterima dengan ucapan syukur, adalah baik. Doa sebelum makan, juga menyatakan dan mengungkapkan sikap rohani kita.

Kini marilah kita tarik lingkaran itu, sedikit lebih jauh. Segala sesuatu yang menentukan kehidupan duniawi kita, dan kemungkinan-kemungkinan yang beraneka ragam, yang Ia taruhkan ke dalam ciptaan-Nya, pada dasarnya, kita terima dengan penuh rasa bersyukur kepada Allah. Kita ingin menerimanya dengan ucapan syukur dan memperlakukannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Ucapan syukur, hendaknya lebih dari sekedar perasaan sesaat. Ucapan syukur hendaknya menjadi sikap dasar rohani, sehingga kita dapat senantiasa melihat tangan Allah yang baik, dibalik segala sesuatu, yang Ia ciptakan dan berikan.

Ucapan syukur atas kehidupan, menimbulkan tanggung jawab seorang terhadap yang lain dan memberikan dorongan-dorongan untuk manyatakan kasih terhadap sesama manusia. (bandingkan dengan Ibrani 13:16).

Marilah kita terapkan firman ini pada kehidupan kepercayaan kita. Kita boleh menjadi anak-anak Allah. Kita dipersiapkan bagi hari kedatangan Kristus kembali. Perhatian dan kasih sayang Allah, hendaknya dapat senantiasa kita terima dan alami dengan ucapan syukur.

Kalau kita melihat di dalam sidang-sidang jemaat, tidak kita pungkiri dan kita tidak bisa tutup mata, bahwa ada banyak ketidak-sempurnaan dan kelemahan. Meskipun demikian apa yang Allah berikan telah dikuduskan, untuk menjadi sesuatu yang baik. Dan, adalah baik, jika kita menerimanya dengan ucapan syukur. Ucapan syukur ini akan memampukan kita untuk membuka pandangan mata kita terhadap sesuatu yang hakiki. Tapi, ini juga bukan berarti kita diam saja, melainkan secara bersama-sama, dengan pertolongan Allah, kita ingin membangun, mengembangkan, menumbuhkan, dan memperbaiki sidang jemaat, agar sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan kita, Yesus Kristus dan Allah, Sang Bapa kita.

Menerima tawaran Allah, menghargai karunia-karunia ilahi, memperlakukan karunia-karunia itu dengan penuh tanggung jawab dan ucapan rasa syukur, itu merupakan hal-hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, satu dengan yang lain. Dalam sikap yang sedemikian inilah, kita mempersembahkan kurban syukur kita, pada masa sekarang.

Dengan demikian kita ingin menyatakan, bahwa kita sehati dan sejiwa, kita berada dalam satu pekerjaan kelepasan, dan dengan demikian kita juga ingin menyumbangkan bagian kita untuk kerampungan pekerjaan keselamatan Allah.

Sebagai kesimpulan, meskipun tujuan kepercayaan kita, senantiasa kita berikan prioritas, tetapi kita tidak ingin menganggap sepele, apa yang ada di alam, yang adalah juga sebagai ciptaan Allah, Bahkan, kita justru harus bersyukur kepada Allah, atas semua hal itu. Karena semuanya itu terjadi melalui firman penciptaan Allah. Dengan firman-Nya, Alah juga akan merampungkan kita dan pekerjaan kelepasan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar