Kamis, 18 Agustus 2016

Kuatkanlah Hatimu, Karena Besar Upahmu (2 Tawarikh 15:7)



Nas Alkitab :

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!

Ungkapan “kuatkanlah hatimu” menunjukkan semangat yang teguh, pengandalan diri dan hati yang bergembira. Marilah kita membangun pekerjaan Allah dengan sikap hati seperti itu, dan melanjutkannya sampai masa kerampungan, karena untuk tujuan itulah kita diutus.

Bagaiman kita dapat memiliki “hati yang kuat”? Karena tangan kanan Tuhan mempertahankan kemenangan bagi kita! Kita menemukan ungkapan “kuatkanlah hatimu” di banyak tempat di dalam Alkitab. Di dalam Matius 9:2 kita baca: “Percayalah (kuatkanlah hatimu) hai anakKu, dosamu sudah diampuni”. Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang yang lumpuh. Kelumpuhan menghalangi gerakan tubuh. Dalam arti rohani ini adalah merupakan dampak dari dosa.

“Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Matius 9:22), merupakan jawaban Tuhan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan. “Sakit pendarahan” dalam kasus ini, menunjukkan suatu keadaan yang lemah. Tanpa kepercayaan, kita juga akan benar-benar dalam keadaan lemah! Dengan meraih kemurahan melalui iman kita pada firman Allah, maka kita, sebagai anak-anak Allah, akan dapat memiliki hati yang kuat.

“…jangan lemah semangatmu.” Teruslah bekerja dan berdoa! Doa akan sangat menolong dan benar-benar akan menggerakkan kekuatan surga. Untuk dapat merawat jiwa dengan belas kasihan dan penuh pengertian harus kita jadikan perhatian yang paling utama di dalam hati kita.

Kebaktian-kebaktian yang berbobot, yang penuh dengan kehidupan ilahi, kunjungan keluarga yang berbobot, yang penuh kegembiraan ilahi, firman yang menguatkan bagi segala golongan usia, dari anak-anak sampai orang tua, menguatkan semangat kita dan secara mutlak sangat dibutuhkan pada masa kita sekarang ini.

Kita juga ingin memiliki sidang jemaat yang bergembira. Ini dapat dimulai dengan nyanyian sidang jemaat dan paduan suara yang bergembira dan diakhiri dengan “Amin” yang kuat. Namun kita tidak boleh mengabaikan “kebun anggur pribadi” kita. Kita masing-masing memiliki sanak famili, kenalan dan kita juga kenal banyak orang di lingkungan kita. Untuk memberikan kesaksian pada saat yang tepat, ini juga berarti menggenapi himbauan; “jangan lemah semangatmu…” atau “jangan berpangku tangan”. Dan selanjutnya biarlah kasih dan kemurahan Allah akan menyediakan bagi kita suatu upah yang kekal. Di dalam Wahyu 22:12 kita baca: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalas kepada setiap orang menurut perbuatannya” Bagaimana keadaan kita pada akhirnya – itulah yang penting! Biar bagaimanapun juga kita tidak mau memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging (bandingkan dengan Galatia 3:3)

Upah dari Allah terdiri dari berbagai komponen. Komponen yang terutama dari upah ini adalah ikut ambil bagian di dalam kebangkitan yang pertama. Kemudian disusul dengan perjumpaan kembali dengan semua orang yang kita kasihi. Ini dilanjutkan dengan pekerjaan kita di dalam kerajaan damai seribu tahun. Akhirnya, kita akan mewarisi kebahagiaan kekal di dalam kemuliaan. Tidak ada orang yang mampu untuk melukiskan peristiwa-peristiwa ini, karena peristiwa ini berada di luar kemampuan kata-kata, pikiran ataupun imaginasi manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar