Senin, 08 Agustus 2016

Berada Di Dalam Rumah Bapaku



Kalau membaca kalimat di atas, kita teringat akan perkataan Yesus ketika Ia masih kecil dan kedua orang tua-nya mencari-Nya dan akhirnya menemukan-Nya di dalam bait suci: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”(Lukas 2:49) Apa yang dikatakan Yesus, “Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku”, tentu saja tidak terbatas hanya untuk Yesus, tetapi juga berlaku bagi kita semua. Ya, kita harus berada di dalam rumah Bapa kita. Di satu sisi, bisa saja kita memandang atau beranggapan bahwa itu adalah suatu paksaan, suatu tugas atau suatu kewajiban. 

Bagi sebagian orang, mungkin bukanlah hal yang menyenangkan untuk mengetahui, bahwa Bapa kita memiliki rumah dengan segala urusan, tugas dan kewajiban yang ada di dalamnya, dan bahwa kita harus melakukan apa yang menjadi urusan, tugas dan kewajiban yang ada di dalam rumah Bapa. Tetapi yang dimaksud di sini, bukanlah yang sedemikian itu. Ini juga bukan berarti bahwa kita diharuskan untuk datang dan berada di gereja terus dan kita harus terlibat di dalam segala urusan yang ada di dalam gereja, atau yang lainnya.

Marilah kita sejenak untuk mengamati dan mencoba memahami, apa yang dimaksud dengan “berada di dalam rumah Bapa-Ku”. Atau dengan kata lain, “Apakah urusan dan kehendak Bapa kita?” Urusan dan kehendak Allah, Bapa kita adalah untuk menyelamatkan umat manusia dari kejahatan, dari ketidak-benaran dan pada akhirnya dari maut, sebagai upah dari dosa.

Untuk hal inilah Ia bekerja. Untuk itulah Ia juga menegaskan bahwa semua manusia akan dihantarkan dan dapat berjumpa dengan Yesus Kristus, untuk dapat percaya kepada-Nya dan pada akhirnya dapat diselamatkan oleh-Nya. Inilah urusan dan kehendak Bapa surgawi kita. Setiap orang memiliki kesempatan, kemungkinan, dan juga tugas yang besar untuk ambil bagian dan untuk ikut bekerja. Kita sendiri tentunya juga memiliki kesempatan untuk diselamatkan dan juga dapat membantu pekerjaan  Allah untuk menyelamatkan orang lain.

Apabila kita melihat urusan dan kehendak Bapa yang sedemikian itu, maka kita hendaknya tidak melihat dan beranggapan bahwa, “Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku” dengan segala urusan, tugas dan kewajiban yang ada di dalamnya itu, sebagai suatu kewajiban, melainkan justru sebagai suatu kemurahan, suatu sumber sukacita dan  berkat.

Saudara-saudari, kita semuanya diajak untuk ikut terlibat di dalam tugas ini. Itulah sebabnya kita ingin untuk berada di dalam rumah Bapa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar