Rabu, 31 Agustus 2016

Rasa takut akan Allah (Amsal 9:10)



Nas Alkitab :
 
Permulaan hikmat adalah takut akan Allah dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
 
Rasa takut akan Allah hendaknya menjadi penjaga pintu, bagi hati kita. Selama penjaga ini tetap berjaga-jaga, harta yang telah Allah berikan kepada kita, dan yang kita bawa di dalam hati kita, akan senantiasa terpelihara. Barangsiapa memiliki rasa takut akan Allah, tidak akan membiarkan masuknya kejahatan, roh kebencian, dendam, roh tidak mau merukunkan diri. Apabila seseorang memiliki rasa takut akan Allah, orang itu akan menerima dan melipat gandakan harta surgawi.

Di dalam Mazmur 111:10, kita menemukan firman yang cocok dengan nas kita: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Sudah sejak kanak-kanak kita di ajarkan melalui penjelasan Hukum Sepuluh Perkara, yang dalam setiap butirnya di mulai dengan: “Kita hendaknya takut dan mencinta Allah…”(bandingkan dengan Buku Tanya Jawab hal. 133). 

Dari semua hukum tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa barangsiapa menyimpannya dan tetap setia di dalam kasih dan takut akan Allah, maka ia adalah orang yang bijaksana. Alkitab melaporkan mengenai orang-orang yang telah membuktikan rasa takut mereka kepada Allah: Yusuf, misalnya, menolak istri majikannya agar tidak mengecewakan Allah (bandingkan dengan Kejadian 39:9), dan karena kepercayaannya, Daniel tidak makan makanan yang di sediakan oleh raja Babel (bandingkan dengan Daniel  1:8). Di zaman kita, kita juga dapat menemukan banyak contoh, yang bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu ketika, salah seorang saudara kita tidak mau di rukunkan kembali. Ia ingin menerapkan hukum: “Mata ganti mata dan gigi ganti gigi (Bandingkan dengan Matius 5:38). Ia berkata: “Saya adalah pihak yang dirugikan dan sekarang saya harus menanggung cidera lebih lanjut… saya telah di serang dan untuk ini saya akan membalasnya.” Seorang hamba Allah yang mendengar ini, bertanya kepada saudara itu: “Benar, dan apabila seseorang telah mencuri darimu, apakah engkau akan menjadi pencuri juga?” Saudara itu merenungkan masalah ini, dan akhirnya ia sadar bahwa ia juga tidak ingin melanggar hukum dan akhirnya akan dihukum juga karenanya.

Lagi pula, Yesus sendiri telah berkata: “Kasihanilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). Rasa takut akan Allah, tidak hanya dengan menghormati Tuhan, tetapi juga agar kita memperhatikan firman-Nya. Inilah permulaan dari hikmat, yang dinyatakan oleh orang-orang yang hidup dengan berdasarkan hukum ilahi:

  • Membalas kebencian dengan kasih 
  • Tidak menaruh dendam, melainkan mengampuni dan merukunkan diri. 
  • Mengasihi sesamanya seperti diri sendiri.

Pelanggaran hukum-hukum ilahi dalam bidang-bidang tertentu hanya beberapa saat dihukum oleh sistim peradilan dunia, namun demikian, kita harus ingat bahwa sesuatu yang di taburkan akan menghasilkan panenan yang sesuai. Rasa takut akan Allah tidak memperkenankan bagi kita untuk memiliki watak yang kejam. Rasa takut akan Allah juga tidak memperkenankan kita untuk tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni dan menghakimi. Watak yang kejam, tidak memiliki kemampuan untuk mengampuni dan suka menghakimi hendaknya tidak berakar di dalam hati kita, melainkan membatu kita untuk tumbuh ke dalam citra Sang Putera Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar