Jumat, 22 Juli 2016

Sentuhan Tuhan Menyembuhkan Kebutaan


Nas Alkitab:

"Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalanjalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh,  sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas." (Markus 8:22-25)

Berita tentang penyembuhan seorang buta di Betsaida memberikan kepada kita pandangan pada suatu peristiwa khusus, dimana saat itu orang-orang membawa seorang yang buta kepada Yesus dan memohon kepada-Nya untuk menolong orang itu. Yesus “meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: ‘Sudahkah kaulihat sesuatu?’" (Markus. 8:23). Sejak itu orang tersebut dapat melihat, tetapi penglihatannya masih belum tajam: Ia melihat orang-orang berjalan-jalan seperti pohon-pohon. Jadi, mujizat penyembuhan itu belum lengkap.

Yesus kembali meletakkan tangan-Nya pada mata orang buta itu, dan kali ini ia dapat melihat semuanya dengan jelas.

Melihat dengan benar 

Orang-orang hanya dapat melihat dengan benar dalam arti rohani, yakni memperoleh pengetahuan pemahaman,  apabila Yesus menyentuh mereka, dan apabila mereka membiarkan diri mereka disentuh oleh Dia. Berita ini menekankan bahwa, penyembuhan orang buta itu terjadi secara bertahap: dimulai dengan suatu pandangan awal, yang belum jelas, yang lebih banyak memberikan suatu gagasan tentang benda-benda, dan sampai pada suatu penglihatan yang jelas dan terang akibat dari sentuhan berulang  oleh Tuhan.

Kebutaan mata rohani, tidak hanya banyak terjadi pada mereka yang masih hidup di muka bumi, tetapi mereka-mereka yang sudah ada di alam baka pun, banyak yang masih mengalami kebutaan rohani. Mereka tidak dapat melihat kemurahan Tuhan, tawaran keselamatan dan pekerjaan keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus. Dan tindakan Yesus, untuk mencelekkan mata rohani ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang masih hidup di buka bumi ini, tetapi juga dapat menjangkau daerah orang-orang yang telah meninggal dunia. Mata “mereka yang buta secara rohani” hendaknya dibukakan untuk keselamatan ilahi. 

Namun, agar mereka “benar-benar dipulihkan”, sehingga mereka dapat mengenali kasih ilahi, membuka diri baginya dan dapat membiarkan diri mereka dikuasai olehnya, mereka harus sekali lagi disentuh oleh tangan Tuhan.

Pada suatu tingkatan makna yang kedua, kita juga dapat memperoleh sesuatu dari peristiwa ini: Tuhan ingin membuka mata kita, sehingga kita melihat sesama kita dengan benar – dan termasuk pada jiwa-jiwa yang sudah ada di alam barzah. Ini terjadi jika kita membiarkan diri kita disentuh oleh Dia.

Melihat sesama kita 

Barangsiapa “disentuh” oleh Yesus Kristus dan Injil-Nya, ia akan sampai pada suatu pengenalan awal: Saya tidak hanya ingin memikirkan diri saya sendiri, tetapi juga memikirkan sesama saya, memikirkan kebutuhannya, dan tidak berlalu darinya dengan sikap acuh tak acuh. Orang yang demikian tidak lagi buta akan kepedulian dan penderitaan orang lain, melainkan melihat kebutuhan mereka akan pertolongan.

Melihat jiwa-jiwa yang dikasihi oleh Allah 

Yesus terus memimpin kita, sehingga kita dapat melihat jiwa-jiwa yang dikasihi oleh Allah di dalam setiap manusia. Mereka yang dapat dituntun untuk memiliki penglihatan yang tajam seperti itu akan melihat jiwa yang ingin Allah selamatkan, meski pada awalnya jiwa ini tidak percaya kepada-Nya, melawan Dia, dan menghina Dia. Mereka yang memiliki pandangan yang tajam seperti itu akan melihat bahwa Kristus juga mati bagi mereka yang memerangi-Nya, yang mengabaikan hukum-hukum Allah, dan merusak ciptaan-Nya. Mereka akan melihat bahwa Ia juga telah mempersembahkan kurban bagi mereka yang ditolak oleh orang lain, bagi mereka yang dibenci dan dihina, yang dikucilkan dari masyarakat. Semua jiwa ini ada di dalam pikiran Yesus Kristus, ketika Ia mempersembahkan kurban-Nya di kayu salib.

Suatu cara pandang yang demikian juga memberi kita suatu gagasan tentang besarnya kasih Allah. Allah telah mengurbankan Putra-Nya untuk kehidupan dunia, dengan demikian bagi seluruh umat manusia. Tidak ada orang yang berjalan di muka bumi ini dikecualikan dari ini.

Marilah kita membiarkan diri kita “disentuh” terus-menerus di dalam kebaktian-kebaktian agar kita dapat senantiasa melihat dengan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar