Jumat, 22 Juli 2016

Mengelola Keinginan dan Tawaran



Nas Alkitab : 

“ Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian...” (Kejadian 3:6)

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai keinginan, dan keinginan ini sedapat mungkin akan berusaha diraihnya. Ini adalah hal yang wajar atau normal dan merupakan suatu tanda adanya dinamika kehidupan. Tetapi di sinilah permasalahan sering kali mulai timbul. Sebagai contoh, jatuhnya manusia yang pertama Adam dan Hawa ke dalam dosa, adalah karena keinginan untuk makan buah pengetahuan baik dan jahat, dan juga untuk menjadi sama dengan Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. (Kejadian 3:6, “ Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian...”).

Setelah manusia mendapat tawaran dari iblis dan dalam hati manusia timbul keinginan untuk makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka sudah tidak lagi menghiraukan dan menuruti apa yang diperintahkan Allah. Mereka sudah tidak lagi mempercayai perkataan Allah dan tidak menaruhkan pengandalan mereka kepada Allah. Jatuhlah manusia ke dalam dosa, “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” (Kejadian 3:7)

Dalam kehidupan,  kita seringkali dihadapkan pada suatu “persimpangan jalan” dan kita harus mengambil suatu keputusan, kemana arah yang akan kita tempuh? Sebagaimana yang dihadapi Hawa, ketika mendapat tawaran dari iblis, pada saat itu Hawa dihadapkan pada suatu persimpangan jalan, antara menerima tawaran iblis dan memenuhi keinginannya, atau tetap menaruhkan kepercayaan dan kemenurutan pada apa yang telah diperintahkan Allah. Hal tersebut menjadi suatu masalah bagi Hawa, karena jika Hawa mengambil keputusan yang salah, akan dapat membahayakan dirinya bahkan dapat membawanya kepada suatu kebinasaan. Dan ternyata Hawa telah mengambil keputusan yang salah dengan menerima tawaran iblis dan memenuhi keinginannya, daripada mempercayai dan menuruti apa yang diperintahkan Allah.

Sebenarnya sangat tergantung bagaimana kita menanggapi dan mengelola tawaran dan keinginan tersebut. Kalau kita dapat mengelola keinginan dan tawaran itu dengan baik dan bijak, maka keinginan dan tawaran itu akan membawa dampak yang positif dan akan membawa kepuasan. Jika keinginan tersebut sudah terpenuhi, sering kali akan menimbulkan keinginan yang baru, begitu seterusnya.

Permasalahan biasanya akan muncul pada tahap proses mencapai gol atau jika tujuan tidak tercapai. Keinginan yang begitu besar dan kegagalan dalam mencapai apa yang diinginkan, sering kali menjadi manusia lupa akan apa yang menjadi kehendak Allah dan bahkan sering mengesampingkan kehendak Allah. Mereka menggunakan dan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya dan meraih apa yang ditawarkan. Di sinilah manusia menjadi tidak mau lagi mendengar akan suara Allah, mereka sudah tidak lagi menghiraukan dan menuruti apa yang diperintahkan Allah.

Pada saat seperti itu marilah kita senantiasa sadar, berwaspada, dan ingat apa yang dikatakan Yesus kepada Simon. Kata Yesus, “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum.” (Lukas 22:32). Oleh karena itu dalam mengelola keinginan dan tawaran, dalam kehidupan kita sehari-hari, hendaklah kita senantiasa memohon hikmat kebijaksanaan ilaihi, agar kita dapat senantiasa memutuskan yang benar di hadapan Allah, dan senatiasa menaruhkan iman – kepercayaan serta kemenurutan terhadap perintah-perintah Allah. Marilah kita bercermin kepada apa yang dilakukan Yesus, “.. tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar