Kamis, 21 Juli 2016

Juallah Segala Milikmu


Nas Alkitab : 

Lukas 18:18-22

Di dalam bacaan ini, pemimpin yang kaya ini (di kitab Matius disebutkan sebagai "pemuda yang kaya"), meskipun sudah dan senantiasa dapat melakukan hukum Taurat, tetapi dari pertanyaan yang diajukan kepada Tuhan Yesus, mengungkapkan bahwa ia masih belum merasa pasti bahwa ia akan dapat memperoleh hidup yang kekal dengan melaksanakan hukum Taurat tersebut.
 

Dengan jawaban yang diberikan Yesus kepada orang tersebut, memberikan penegasan kepada kita bahwa untuk memperoleh hidup yang kekal, tidak cukup dengan hanya melaksanakan hukum Taurat saja. Di ayat 22, Yesus melanjutkan pengajarannya kepada orang tersebut, untuk menjual segala yang dimilikinya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Ini bukan berarti, bahwa untuk memperoleh hidup yang kekal, kita harus menjadi miskin terlebih dahulu dalam hal harta benda, dalam hal ini, Yesus memberikan kriteria-kriteria lain

Dalam kaitan dengan kehidupan rohani, pengajaran Tuhan tersebut, mengajar kepada kita untuk "menjual" atau melepaskan dan menyerahkan segala sesuatu, yang membuat kita mengalami ketergantungan pada hal tersebut.

Yang menjadi pertanyaan, apa sajakah yang sering kali menyebabkan kita memiliki ketergantungan yang kuat, yang sangat sulit untuk kita lepaskan atau kita "jual"? Di sini diberikan beberapa contoh,

1. ego atau "si Aku"
2. kehormatan dihadapan manusia
3. kedudukan atau jabatan
4. kekawatiran
5. kemarahan
6. kekurang-sabaran, dll

Hal-hal di atas adalah "apa yang kita miliki" yang hendaknya kita "jual", dan dari hasil penjualan itu, kita akan memperoleh buah-buah Roh, seperti yang tertulis dalam Galatia 5:22-23,  "tapi buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri...." Inilah yang hendaknya kita bagi-bagikan kepada mereka yang miskin akan hal-hal tersebut, maka kita akan memperoleh harta di sorga.

Selanjutnya dikatakan oleh Tuhan, "....kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku'". Pengikutan kepada Yesus, bukanlah berarti bahwa kita tidak boleh memiliki dan menyerahkan keinginan-keinginan atau harapan-harapan atau bahkan meninggalkan kepribadian kita, melainkan kita hendaknya mampu untuk menyangkal diri kita dan membatasi diri kita terkait dengan keinginan-keinginan duniawi, dalam upaya kita mendapatkan harta atau nilai-nilai yang kekal.

Panggilan untuk mengikut Tuhan, sepenuhnya adalah merupakan kehendak Beliau. Tuhan-lah yang memilih dan memanggil kita untuk mengikuti Beliau, bukan kita yang memilih Tuhan. Ketika Tuhan memilih dan memanggil kita untuk mengikut, selalu akan disertai oleh suatu tugas. Jadi, terpilihnya kita untuk mengikuti Tuhan, selain sebagai suatu Karunia, juga merupakan suatu tugas untuk pergi dan menghasilkan buah... (Yohanes 15:16). Buah itu tidak lain adalah juga buah-buah Roh, seperti tersebut di atas, yang hendaknya juga kita bagi-bagikan kepada "yang miskin", yang kekurangan buah-buah Roh.

Pengikutan kepada Yesus, juga berarti meneladani apa yang dilakukan oleh Yesus. Berikut adalah beberapa contoh, apa yang dilakukan Yesus, yang hendaknya dapat kita ikuti atau teladani,
  • Melakukan sepenuhnya apa yang dikehendaki Sang Bapa, seperti yang tersirat dalam Yohanes 4:34 "...Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku...." dan Matius 26:39 "....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Hal ini mengajar kita untuk senantiasa dapat menempatkan kehendak kita di bawah kehendak Allah.
  • Memberi perhatian khusus kepada mereka yang miskin, yang lemah, yang dianggap rendah atau dipinggirkan. Hal ini mengajar kita, agar kita miliki hati yang terbuka dan tangan yang siap sedia untuk memberi, kepada mereka yang membutuhkan.
  • Memberikan cara pandang baru terhadap para pendosa (Lukas 19:1-10), sehingga mengajar kita untuk memiliki kesukaan dalam hal menyebarkan kabar kesukaan dan menunjukkan jalan menuju keselamatan bagi para pendosa.


*Terinspirasi Kb110115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar