Kamis, 28 Juli 2016

Arti Mezbah




Mezbah adalah tempat yang disucikan untuk Allah. Awalnya, mezbah artinya adalah tempat mempersembahkan kurban bakaran, sekaligus sebagai tempat berdoa, memuji dan menyembah Tuhan (1 Raja-raja 18:36-37). Dalam perkembangannya, mezbah telah banyak mengalami perubahan bentuk dan maknanya selama berabad-abad. Setelah menjadi tempat kurban bakaran, selanjutnya menjadi meja tempat mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Maknanya berkembang lagi menjadi meja tempat kurban Tuhan Yesus (tubuh dan darah Tuhan Yesus) dan tempat pewartaan firman Tuhan. Kata mezbah sering juga dikenal sebagai altar. 

Tinjauan Historis 

Mezbah kurban bakaran pada masa perjanjian lama, dibuat dengan sangat sederhana. Dalam bait suci di Yerusalem, ada kotak berbentuk empat persegi dari batu tanpa ditatah. Pada masa Perjanjian Baru, yaitu dalam sidang jemaat Kristen awal, pertama-tama, mezbah hanya dipahami secara simbolis. (bandingkan dengan Ibrani 13:10-13), karena makna Mezbah yang sesungguhnya adalah salib Kristus, dimana Tuhan mengurbankan diri-Nya bagi dunia. Kurban ini hanya dilakukan sekali saja dan berlaku untuk selama-lamanya. Karena itu, orang tidak lagi mengenal mezbah, yang di atasnya orang mempersembahkan kurban. Penulis surat Ibrani memberikan penjelasan-penjelasan yang terperinci mengenai hal ini (bandingkan dengan Ibrani 10:1-14).

Pada masa sidang jemaat Kristen awal, mereka menggunakan meja yang terbuat dari kayu dan yang dapat digerakkan, untuk perjamuan persekutuan mereka. Di atas meja itu, mereka meletakkan roti dan cawan berisi anggur. Dengan demikian, meja itu dipahami sebagai meja kurban, yaitu sebagai mezbah, yang menunjuk pada kurban Kristus di kayu salib, sehingga kurban tersebut menjadi nyata. Mezbah ini, bagi mereka adalah juga meja Tuhan, kemana sidang jemaat-Nya diundang.

Sejak abad ke-4, lambat laun meja ini diubah menjadi mezbah yang monumental. Meja tersebut diubah bentuknya dan dihias dengan indah, misalnya dengan gambar tokoh-tokoh dalam Alkitab. Mezbah juga mendapat tempat yang tertentu di dalam ruang gereja, di tengah-tengah tempat suci. Meskipun perkembangan indah yang luar biasa ini, arti yang sebenarnya dari mezbah ini tidak boleh dilupakan, yaitu menjadi meja Tuhan.

Dikemudian hari, melalui pemberian bentuk arsitektur khusus, orang berusaha untuk melengkapi mezbah dengan sebuah mimbar. Sejak saat itu, di banyak gereja, mezbah digunakan untuk perayaan perjamuan kudus dan keseluruhan liturgy kebaktian (tata cara kebaktian), sementara firman juga diwartakan dari mimbar.

Mezbah juga memiliki fungsi, sebagai tempat pewartaan firman dan tempat persiapan Perjamuan Kudus. Mezbah ini senantiasa merupakan tempat yang kudus dan dikhususkan. Mezbah ini juga tidak boleh kehilangan kekudusannya, meskipun hanya pada waktu-waktu tertentu digunakan untuk upacara-upacara suci di dalam kerangka kebaktian. Tempat ini di dalam rumah Allah, sama seperti rumah Allah itu sendiri, adalah senantiasa suci. Ini hendaknya kita pahami dan mengerti  dengan sungguh-sungguh, jika kita memasuki rumah Allah. Kekudusan rumah Allah tidak boleh di rusak oleh tindakan manusia yang tidak sepantasnya.

Ruangan-ruangan yang digunakan untuk kebaktian, dikuduskan oleh persekutuan kebaktian, yang terdiri dari mezbah, Pemangku Jawatan dan sidang jemaat. Permohonan untuk mengkuduskan tempat itu, dapat disebutkan oleh pemimpin kebaktian, dalam doa pembukaan.

Rumah Allah, dimana mezbah berada, juga memiliki arti eskatalogis, artinya, suatu hal yang membawa keselamatan, dan menunjuk pada masa yang akan datang. Kita menyeberangi ambang batas yang melambangkan peralihan dari dunia yang dipenuhi oleh dosa, ke dalam dunia kehidupan kekal, ke dalam mana semua orang diundang. Tempat dan peristiwa kebaktian pada dasarnya adalah gambaran rumah Bapa, yaitu tempat dimana umat Allah sedang menempuh perjalanan menuju ke sana. Di tempat tujuan jalan kepercayaan kita, Allah akan berdiam di tengah-tengah manusia dan mereka akan menjadi umat-Nya. (bandingkan dengan Wahyu 21:3-4)

Doa dan Pewartaan firman pada mezbah

Dengan mengingat kekudusan dari tempat tersebut, Pemangku Jawatan hendaknya mendekat pada mezbah dengan penuh kepatutan. Jalan masuk trinitaris (seruan Allah Tritunggal), begitu juga doa pembukaan, harus senantiasa disesuaikan dengan kekudusan tempat itu. Pilihan kata dalam situasi khusus, hendaknya tepat. Pada tempat ini, Pemimpin kebaktian akan betindak sebagai juru bicara sedangkan sidang jemaat dapat berbicara, menyatakan permohonannya kepada Allah.

Khotbah yang disampaikan adalah pewartaan firman Allah. Dalam hal ini dituntut disiplin diri dan kekudusan dari para ha,ba Allah yang melayani. Bahasa pergaulan yang terlampau bebas dan sembarangan, tidaklah tepat. Juga gambaran-gambaran yang bersifat sangat keduniawian dan hubungan-hubungan kehidupan sehari-hari yang tidak pantas, tidaklah memiliki tempat di sini (jangan disebutkan dari mezbah).

Kekudusan hendaknya juga dapat senantiasa dirasakan pada saat doa “Bapa Kami”, penyampaian firman pengampunan dosa, dan doa kurban. Rangkaian kata-kata dalam Liturgi tidak boleh diucapkan dengan begitu saja /serampangan. Rangkaian kata dalam Liturgi kebaktian bukanlah formalitas, yang hanya diucapkan menurut kebiasaan. Sidang jemaat harus dapat merasakan, apa yang dimaksud dan apa yang terjadi.

Hamba Allah yang berkhotbah, begitu juga sidang jemaat diliputi oleh sesuatu yang penuh misteri (rahasia), yang mungkin tidak dapat segera kita mengerti dengan akal sehat. Hanya dengan kepercayaan, kita dapat mengenali bahwa Allah hadir dan melayani sidang jemaat-Nya. Misteri (rahasia) dalam kebaktian, berlangsung sampai “Amin” doa penutup. Adalah tugas yang mulia dari hamba Allah (Pemangku Jawatan), yang melaksanakan kebaktian, untuk di dalam tugas Rasul, yang mengutusnya, dan di dalam kemanunggalan dengan-Nya, menjadikan firman Allah dapat didengar, dan rahasia ilahi dapat dihayati. Ini menguatkan sidang jemaat dan memberikan kepastian dan semangat kepada mereka untuk melanjutkan perjalanan di atas jalan kepercayaan-Nya. Pada akhirnya rahasia ilahi akan sepenuhnya terbuka, jika kita dipersatukan dengan Tuhan untuk selama-lamanya.




Terinspirasi TUK EK0709

4 komentar:

  1. Mezbah dalam bahasa Ibrani disebut Mizbeakh/ מזבח ⁦🕎⁦✡️⁩

    BalasHapus
  2. Teman saya pernah bernazar. Jikalau Dapat pekerjaan ia akan membangun mezbah Tuhan, nah saya pertanyakan. Mezbah Tuhan yang dimaksud apakah iabharus membagnu tempat ibadah atau aula atau membenahi hidupnya?

    BalasHapus