Kamis, 21 Juli 2016

Bersihkan Rumah-Ku


Nas Alkitab :   

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun! (Markus 11:15-17)


Ketika Tuhan Yesus mengunjungi bait suci, setelah hari Minggu Palmira, Tuhan melihat keadaan bait suci yang fungsinya sudah tidak seperti yang seharusnya. Banyak para pedagang merpati dan penukar uang melakukan aktifitas mereka di sekitar bait suci tersebut. Melihat kondisi yang tidak semestinya ini, Tuhan kemudian mulai mengusir mereka yang berjual-beli di sekitar bait suci dan menggulingkan meja-meja penukar uang dan kursi-kursi mereka yang menjual burung merpati. (Mrk. 11:15) 

Di ayat selanjutnya Ia mengatakan "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!"(ayat 17).

Yesus ingin mengkuduskan bait suci dengan menyingkirkan semua yang tidak termasuk di dalam rumah doa. Bait suci adalah gambaran hati kita, gereja, tapi mungkin juga sidang jemaat kita. Marilah kita berusaha untuk menghilangkan setiap hal yang menghalangi kita untuk menjadi sebuah rumah doa.

Apakah yang harus disingkirkan? Pikiran-pikiran dan perilaku yang keliru. Dan apakah yang kita lihat di dalam bait suci masa sekarang, gereja kita, hati kita, mungkin juga sidang jemaat kita? Sering kita dihadapkan dengan ketidak-pedulian, kesalah-pahaman dan suatu konsep yang benar-benar aneh tentang, apakah gereja itu?

Di dalam sebuah hati yang bersih, di dalam sebuah gereja yang bersih, kita akan dapat menemukan damai sejahtera, kasih, iman, dan sikap saling mendukung untuk berbuat baik kepada satu sama lain. 

Mungkin, suatu saat pernah terlintas dalam pikiran kita, seharusnya Tuhanlah yang menyelesaikan permasalahan kita, mengubah hidup kita, atau memperbaiki kondisi kita. Jika hal ini terjadi, itu bukanlah sebuah bait suci yang bersih. Sebab di dalam bait suci yang bersih, kita akan melihat PEKERJAAN ALLAH.

Bait suci yang bersih, akan menjadi SEBUAH RUMAH DOA

Adalah tugas kita untuk menyingkirkan segala hal yang menghalangi suatu doa yang benar di dalam hati kita sendiri atau di dalam sidang jemaat. Dan doa kita hendaknya terdiri dari penyembahan dan  pujian, ucap syukur, permohonan dan doa perantara. 

Agar penyembahan kita benar di hadapan Allah, maka hati kita harus dibebaskan dari
  • Keragu-raguan. Bagaimana kita dapat menyembah Allah, kalau kita meragukan kemahakuasaan Allah dan kasih-Nya? 
  • Prasangka. Kita tidak akan dapat memuji kemenangan Kristus Yesus dan keefektifitas kurban-Nya, kalau pada saat yang sama, kita tidak memiliki toleransi terhadap sesama. Daripada kita berkutat pada kesalahan-kesalahan seseorang yang telah berbuat dosa, akan lebih baik kalau di dalamnya kita dapat melihat, bahwa Tuhan mendapat satu jiwa yang ingin untuk diselamatkan!
Selanjutnya, marilah kita hilangkan segala hal yang menghalangi kita untuk bersyukur, dan itu antara lain
  • Keserakahan. Ini akan membawa kita pada ketidakpuasan, iri hati dan kecemburuan. Boleh saja, kita menginginkan kekayaan duniawi, tetapi jangan sampai keinginan itu merusak hubungan kita dengan Allah! 
  • Arogansi. Orang yang arogan, akan mudah jengkel, karena jasanya tidak dihargai dan pemikirannya tidak dipakai.
Isi doa kita berikutnya adalah permohonan-permohonan untuk diri kita, utamanya untuk kehidupan dan keselamatan jiwa kita. Permohonan-permohonan ini akan lebih memiliki bobot apabila
  • sungguh-sungguh dalam memohon. Sebagai contoh, kita bermohon kepada Allah untuk keselamatan kita, tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah kita benar-benar berjuang untuk keselamatan kita? Sebab yang terjadi, di sana-sini banyak ditemukan adanya suatu kecenderungan akan kemalasan rohani … 
  • Permohonan itu berasal dari hati orang-orang yang bersatu (band. Mat. 18:19). Perpecahan, pertikaian dan tidak adanya keinginan untuk mengampuni, akan mengurangi keefektifan doa-doa kita.
Isi doa yang berikutnya adalah Doa Perantara. Marilah kita mengkuduskan hati kita dari segala hal yang mengganggu atau membahayakan doa-doa perantara kita. Itu antara lain,
  • Egoisme. Kasih terhadap diri sendiri, hendaknya tidak “mencekik” kasih kita kepada sesama. 
  • Sikap mudah menyerah. Perlu disadari bahwa, tidaklah pernah sia-sia, untuk mendoakan sesama.
Marilah kita hilangkan dari Bait Suci ini, yaitu hati kita, segala sesuatu yang menjadi hambatan untuk dapat melakukan penyembahan, menyatakan ucap syukur, permohonan dan doa perantara kita. Khususnya, marilah kita bersihkan keraguan dan prasangka, keserakahan dan arogansi, kelambanan rohani dan perpecahan, egoisme dan sikap mudah menyerah.

Terisnspirasi, (Surigao, Filp0514)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar