“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20)
Sore itu Dani, bersiap-siap datang ke rumah Mira. Dani
memiliki beberapa rencana dan angan-angan yang indah untuk diberikan kepada
Mira, Ia ingin memberi kejutan , setibanya di rumah Mira. Sayangnya, sesampai
di rumah Mira, dan berkali-kali mengetuk pintu rumah itu, ia tidak mendapatkan
suatu respon dan ia pun tetap berhadapan dengan pintu yang terkunci. Ia tahu
Mira ada di dalam. Tapi mengapa pintu itu tetap tertutup dan terkunci. Ada
beberapa kemungkinan :
- mungkin Mira tidak mendengar suara ketukan itu
- mungkin Mira sengaja tidak mau membukanya, meski ia mendengar suara ketukan itu
Mengapa kita sampai tidak mendengar suara ketukan Yesus pada
pintu hati kita dan mengapa kita “tidak ingin mendengar” ketukan itu? Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kita tidak mendengar
suara ketukan itu:
- Mungkin hati kita sedang “gaduh”,
- Mungkin suasana di sekitar sedemikian “berisik”
- Mungkin terlalu “asyik”, dengan hobbi atau pekerjaan kita
Banyak hal dalam kehidupan kita yang dapat menyebabkan kita
tidak mendengar ketukan Tuhan Yesus pada pintu hati kita. Berbagai macam
kekhawatiran, sakit-penyakit, masalah-masalah dalam rumah tangga kita, seperti
masalah dengan anak-anak, orang tua, suami atau isteri; atau segala sesuatu
yang membebani pikiran dan hati kita. Kehidupan sehari-hari yang membuat kita
cukup sibuk atau keasyikan, seperti mencari nafkah, mengejar target atau
pekerjaan-pekerjaan yang begitu menumpuk untuk segera diselesaikan, adalah
berbagai hal yang dapat menyebabkan kita tidak mendengar suara ketukan itu.
Di sisi lain ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan kita
tidak mau membukakan pintu bagi Tuhan
- Kita tidak ingin “diganggu “
- Mungkin kedatangan Tuhan saat ini, justru tidak menyenangkan hati
- Mungkin kita sudah memiliki prasangka yang negatif akan kedatangan Tuhan dalam hati kita: “Ooo ..oo…, Ia datang hanya untuk mengatakan kepada saya, apa yang tidak baik dan apa yang harus saya ubah.” Sedangkan kita tidak mau berubah begitu saja, kita tidak mau Ia mempertanyakan segala sesuatu tentang diri kita.
Jadilah pintu itu tetap akan tertutup, karena kita tidak mau
mendengar suara ketukan itu.
Pada setiap kebaktian, Tuhan mengetuk pintu hati kita dan Ia
ingin masuk ke dalam hati kita, “…Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”. Kerinduan untuk dapat senantiasa berjamu dengan Tuhan,
hendaknya mengingatkan dan mendorong kita untuk memperhatikan setiap ketukan
yang diberikan Tuhan pada pintu hati kita. Untuk itu dibutuhkan kesadaran dan
kewaspadaan akan berbagai hal yang dapat menyebabkan kita tidak mendegar akan
ketukan Tuhan Yesus pada pintu hati kita. Hal ini hendaknya juga memacu diri
kita untuk mempersiapkan dan belajar menjaga hati kita agar senantiasa dalam
keadaan tenang, penuh kedamaian, sukacita, tetap berjaga-jaga dan waspada. Siapakah,
jika ada tamu penting yang ingin masuk ke rumah kita, tidak akan mempersiapkan
segala sesuatunya?
Sebelum kebaktian
hendaknya dapat berkata kepada diri kita: “Saya benar-benar ingin mendengar ketukan
Yesus, memperkenankan Beliau masuk ke dalam hatiku dan berjamu bersma-sama aku
dan Aku ingin benar-benar berubah! Marilah kita juga senantiasa bertanya kepada
diri kita
- Apakah yang masih belum saya lakukan agar saya memiliki hati yang tenang, damai sejahtera, agar saya bersukacita, agar saya kembali mendapatkan keseimbangan jiwa?
- Apakah yang sebenarnya masih kurang dalam diriku?
- Apakah yang masih benar-benar perlu saya mempersiapkan diri agar Tuhan gemar masuk ke dalam hati saya?
Kesadaran akan kekurangan diri, akan mendorong
- Kita bergegas mempersiapkan diri dan membukakan pintu, karena akan mendapatkan apa yang masih kurang.
- Kita mengusahakan ketenangan dalam hati kita, agar dapat mendengar ketukan Tuhan.
- Membiarkan diri kita dipertanyakan oleh Tuhan, kita menginginkan apa yang masih kurang, dan menerimanya dengan penuh kerinduan, agar damai sejahtera boleh bertumbuh di dalam diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar