Nas Alkitab :
… “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. ” (Yohanes 13:8)
Penggalan ayat dari Yohanes 13:8 diambil dari peristiwa ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Pada zaman dahulu, kaki para tamu dibasuh sebagai satu tanda penghormatan. Pelayanan ini biasanya dilakukan oleh budak-budak. Ketika sampai pada giliran Yesus akan membasuh kaki Petrus, Ia menolak dan “Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Yesus seperti yang tertulis di atas sebagai dasar tulisan ini memberikan jawaban-Nya, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. ”
Pengajaran dan teladan yang diberikan oleh Yesus, tidak selalu dapat segera dimengerti. Ia seolah-olah tidak peduli, apakah kita saat itu mengerti atau tidak. Bahkan ia memberi tugas kepada mereka untuk mengikuti teladan-Nya dan berbuat sama seperti yang telah Ia perbuat kepada mereka.
… “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. ” (Yohanes 13:8)
Penggalan ayat dari Yohanes 13:8 diambil dari peristiwa ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Pada zaman dahulu, kaki para tamu dibasuh sebagai satu tanda penghormatan. Pelayanan ini biasanya dilakukan oleh budak-budak. Ketika sampai pada giliran Yesus akan membasuh kaki Petrus, Ia menolak dan “Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Yesus seperti yang tertulis di atas sebagai dasar tulisan ini memberikan jawaban-Nya, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku. ”
Pengajaran dan teladan yang diberikan oleh Yesus, tidak selalu dapat segera dimengerti. Ia seolah-olah tidak peduli, apakah kita saat itu mengerti atau tidak. Bahkan ia memberi tugas kepada mereka untuk mengikuti teladan-Nya dan berbuat sama seperti yang telah Ia perbuat kepada mereka.
Penolakan spontan Petrus terhadap apa yang akan dilakukan Yesus padanya, secara manusiawi dapat dengan mudah dipahami. Ia menganggap, tidak seharusnya, Yesus yang adalah Gurunya, sosok yang ia sangat hormati, mekakukan hal yang sedemikian kepada dirinya. Mungkin kita juga akan melakukan hal yang sama. Tetapi setelah Yesus mengatakan sebagaimana yang disebutkan pada nas di atas, Petrus baru menyadari akan kesalahannya dan membiarkan dirinya dikoreksi / dinasehati.
Pada kesempatan-kesempatan yang lain, Petrus, juga mau untuk dikoreksi - dinasehati, bahkan kadang dengan kata-kata yang cukup pedas, seperti yang dapat kita baca di Matius 16:22-23. Dsini Petrus menunjukkan kebajikkannya. Ia mampu bersikap bijak, ia menunjukkan keinginannya untuk bertumbuh dan menjadi lebih baik. Ia bisa menyadari akan kekurangan dan kelemahannya.
Sering kali
Tuhan ingin menyatakan rencana pekerjaan-Nya, kebaikan-Nya, pertolongan-Nya,
mengajar kita akan kehendak-Nya. Terkadang kita menolaknya. Seperti halnya
Petrus, kita sering menggunakan akal kepikiran, logika kita untuk memahami
kehendak-Nya. Tetapi marilah kita bersikap sebagaimana Petrus, yaitu mau dan
membiarkan diri kita dikoreksi, dinasehati oleh Tuhan dan tidak menolak
pertolongan dan kebaikan-Nya.
Sebagaimana
Tuhan tahu dan melihat satu per satu, keadaan atau kondisi dari murid-murid-Nya,
Ia pun tahu, saat-saat kita lelah dan berbeban berat. Ia mengundang kita untuk memberi
kelegaan kepada kita di dalam
kebaktian-kebaktian. (Matius 11:28). Ia tidak
menghilangkan beban kita, tetapi Ia mengaruniakan kepada kita tenaga yang baru
untuk dapat melanjutkan perjalanan kita. Di rumah Allah kita dapat
menanggalkan sejenak beban kita pada mezbah, untuk kemudian dapat memikulnya
lagi dengan tenaga dan kekuatan yang baru
Petrus tidak merasa bahwa ada bagian tubuhnya yang
tidak bersih, “…Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." (bandingkan dengan
Yohanes 13:10). Terkadang kita tidak menyadari bahwa dosa telah mengotori jiwa
kita, mungkin kita juga tidak merasa kalau kita telah bersalah atau melakukan dosa, dan
itu semua membutuhkan pengampunan. Ia ingin menolong kita, Ia ingin berbelas
kasihan kepada kita. Ia mengundang kita
untuk ambil bagian di dalam pengampunan dosa-dosa. Jangan kita
menolaknya. Kita dapat memohon kepada Allah untuk menolong kita agar
kita memahami bahwa kita berdosa dan membutuhkan pengampunan serta tenaga dari
Dia. Tetapi Allah juga melihat sikap hati dan kesiapsediaan kita untuk
mengampuni.
Terkadang
kita memiliki perasaan bahwa kita tidak layak, tidak patut, karena kita belum
mampu dan belum dapat mengampuni orang
lain, sehingga saya juga tidak boleh ambil bagian di dalam Perjamuan Kudus. Allah
tahu kelemahan kita, Tetapi Ia tetap mengundang kita untuk ambil bagian di dalam Perjamuan Kudus. Ia pun mengkoreksi
dan menasehati kiata, apabila kita benar-benar memiliki kerinduan untuk dapat
mengampuni, kita hendaknya pergi untuk Perjamuan Kudus agar dari situ kita dapat
menarik tenaga yang kita butuhkan untuk dapat mengampuni.
Marilah
kita senantiasa membiarkan diri kita dinasehati atau dikoreksi oleh Tuhan. Marilah
kita senantiasa mengikuti teladan dan mau menerima pertolongan, belas kasihan
Tuhan, meski mungkin kita tidak mengerti, kehendak dan maksud Tuhan
melakukannya kepada kita.
Terinspirasi
kb13/140716
Tidak ada komentar:
Posting Komentar