"Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku..." (Wahyu 22:12)
Tahun berganti tahun, masa berganti masa, tapi, hingga saat ini kita masih menantikan kedatangan Sang Putra Allah dengan kesabaran yang tidak berubah. Mengapa kesabaran kita tidak gugur, mengapa kesabaran kita tidak layu, dalam menantikan kedatangan-Nya kembali?
Banyak alasan yang menjadi dasar mengapa kesabaran kita tidak gugur atau layu. Pernyataan Tuhan kepada Sang Bapa, “Ya Bapa, Aku mau, supaya dimana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku…..(Yohanes 17:24). Pernyataan Sang Putra Allah kepada Sang Bapa sebagai perwujudan kasih Beliau kepada milik-Nya menjadi dasar yang kuat, Ia tidak pernah ingkar akan janji-Nya, Ia tidak pernah berdusta (bandingkan dengan Ibrani6:18). Itulah yang menjadi dasar bagi kita untuk tetap percaya dan mengandalkan diri kepada janji Tuhan, “Sesungguhnya Aku datang segera…”(Wahyu 22:7)
Betapa pentingnya Iman-Kepercayaan
dan Pengandalan diri kepada Tuhan, kepada tuntunan-Nya dan kepada mereka
yang ditunjuk oleh Allah untuk memimpin kita, sebagai berkat, di atas jalan
kebenaran-Nya. Karena itu semua akan menghasilkan suatu upah yang sangat besar,
agung dan mulia.
Banyak contoh di dalam alkitab, mereka yang menanggalkan Iman-Kepercayaan dan Pengandalan mereka.
Beruntunglah bagi mereka yang pada akhirnya menyadari akan kesalahannya
tersebut, tetapi bagi mereka yang tidak dapat menyadari akan kekeliruannya
tersebut, akhirnya mereka terhenti, tidak dapat bergerak maju, bahkan mengalami
kebinasaan.
Mari kita ambil salah satu contoh. Mari kita ingat kepada
bangsa Israel, yang di dalam banyak situasi dan kondisi menunjukkan kurangnya Iman-Kepercayaan dan pengandalan kepada
Tuhan dan kepada Musa, sebagai pembawa
berkat mereka. Perjalanan di padang gurun adalah merupakan suatu ujian akan Iman-Kepercayaan dan Pengandalan mereka
kepada Tuhan, yang terbesar. Ketika keadaannya menjadi sulit, mereka mengeluh sedemikian
besarnya, bahkan mereka menyerang Musa. Pasti, hal itu bukanlah hal yang mudah
bagi Musa. Mereka lupa, bahwa Tuhan senantiasa membantu dan turut campur tangan
di dalam setiap kesulitan yang mereka alami, dan juga senantiasa mengingatkan
untuk percaya dan menaruhkan pengandalannya kepada-Nya tanpa syarat.
Dari sejarah kita dapat mengetahui, bahwa mereka yang
memiliki Iman-Kepercayaan dan
Pengandalan kepada Tuhan, akhirnya dapat sampai ke negeri Perjanjian,
sebagai suatu berkat yang sedemikian besarnya dan upah dari Iman-Kepercayaan dan Pengandalan
mereka. Sebaliknya, mereka yang tidak bisa menaruhkan Iman-Kepercayaan dan Pengandalan kepada Tuhan dan tuntunan Musa,
selama dalam perjalanan menuju ke negeri Perjanjian, akhirnya mengalami
kebinasaan. Disinilah ternyata, bahwa Iman-Kepercayaan
dan Pengandalan adalah jalan menuju
Berkat
Oleh karena itu, setiap kali kita mengeluh saat berjalan di
atas perjalanan menunju pulang ke rumah Sang Bapa, marilah kita bertanya:
Apakah, Iman-Kepercayaan dan Pengandalan
kita cukup? Jika orang juga merasa tidak puas dengan tuntunan ilahi dalam
kehidupan mereka, cobalah kita bertanya: Apakah, Iman-Kepercayaan dan Pengandalanku, cukup? Mari kita serahkan
semuanya ke dalam tangan Allah. Ia tahu akan segalanya.
Bukan berarti kita tidak boleh bertanya, Mengapa harus
begini atau begitu, kepada Allah. Boleh...
Boleh, suatu saat kita bertanya kepada Allah, Tuhan kita. Tetapi tidak selalu Ia
memberikan jawaban yang segera atau saat itu. Kalau toh Ia memberikan jawaban,
tidak jarang kita baru mengerti setelah beberapa waktu berlalu. Tetapi juga tidak harus Allah memberikan jawaban atas
semua pertanyaan kita. Disinilah diharapkan kepada kita untuk menaruhkan Iman-Keparcayaan dan Pengandalan kita
kepada-Nya tanpa syarat.
Semakin banyak kita menaruhkan Iman-Kepercayan dan Pengandalan kita kepada-Nya tanpa syarat dan tanpa ragu-ragu, semakin banyak Allah memberkati kita. Disinilah ternyata, bahwa Iman-Kepercayaan dan Pengandalan, juga merupakan jalan untuk menuju berkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar