“…Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” (Yohanes 13:8)
Penggalan nas di atas diambil dari peristiwa, ketika Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Ketika tiba giliran Petrus untuk dibasuh kakinya oleh Yesus, Petrus pun bereaksi, “Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya…” Yesus menjawab sebagaimana yang tertulis di atas, “…Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian dalam Aku.”
Reaksi penolakan Petrus terhadap tindakan Yesus ini,
sekilas dapat dipahami. Mungkin kita juga akan melakukan hal yang sama. Tetapi
di sini Petrus menunjukkan kebesaran hatinya dan kebajikannya yang besar. Ia
mau dan membiarkan dirinya dikoreksi oleh Tuhan. Tidak sekali itu Yesus menegor
Petrus dan tidak jarang Ia menegurnya dengan cara yang “keras”, salah satunya
dapat kita baca di Matius 16:22-23, “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan
menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu
sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada
Petrus; “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia.”
Petrus, juga murid-murid Yesus lainnya, memang kerap kali tidak langsung mengerti
sepenuhnya akan apa yang diajarkan oleh Yesus. Itulah sebabnya respon yang
mereka nyatakan, tidak jarang bertentangan dengan apa yang dikehendaki Tuhan.
Petrus memiliki kebesaran hati dan kebajikan yang luar biasa, sehingga ia mau
untuk ditegor / dikoreksi oleh Yesus.
Terkadang Tuhan
menawarkan dan ingin menolong kita, tetapi kita menolaknya. Memang
penolakan ini sering kali disebabkan ketidak-mengertian kita, seperti halnya
Petrus, karena kita mendasarkan pada kepikiran akal sehat dan konsep-konsep
logika berpikir manusia. Tapi, sebagaimana halnya Petrus, kita hendaknya juga
mau dan berbesar hati serta memiliki kebajikan yang besar untuk mau ditegor
atau dikoreksi Tuhan dan tidak menolak jika Ia menawarkan dan ingin menolong
kita.
Dalam berbagai kesempatan Allah sang Bapa dan, Yesus,
Tuhan kita menawarkan pertolongan-Nya kepada kita:
- Tuhan Yesus, dengan mata-Nya yang penuh
kasih, seringkali Ia melihat kita sedang dalam keadaan begitu kelelahan
dan berbeban berat dan Ia mengundang kita untuk memberikan kelegakan pada
mezbah kemurahan-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28). Ia
mengundang kita kepada mezbah-Nya dalam setiap kebaktian. Memang Ia tidak
mengambil beban kita, tetapi di mezbah Tuhan, di rumah Allah, kita dapat
menanggalkan sejenak beban kita dan Ia mengaruniakan suatu tenaga dan
kekuatan baru yang dapat kita ambil dengan cuma-cuma, agar kita mampu
memikul beban itu dengan sukacita dan dapat melanjutkan perjalanan di atas
jalan kebenaran-Nya.
- Ia mengundang
kita dan menawarkan pengampunan dosa bagi kita semua. Ia tahu dosa itu
sangat memberatkan perjalanan kita. Tapi sering kita tidak menyadari,
sering tidak mengerti bahwa kita telah banyak belepotan dosa-dosa, dan
perlu untuk dibersihkan. Ia ingin membersihkan dan membasuh jiwa kita.
Mari kita mohon pertolongan, tenaga dan kemampuan untuk mengerti dan menyadari akan dosa yang mengotori jiwa kita, sehingga kita memperkenankan jiwa kita untuk dibasuh dan dibersihkan Tuhan.
Mari kita mohon pertolongan, tenaga dan kemampuan untuk bertobat dan menekan kecenderungan kita untuk berbuat dosa.
Mari kita mohon pertolongan, tenaga dan kemampuan untuk mengampuni orang lain.
- Ia mengundang
kita untuk ambil bagian pada Perjamuan Kudus. Tetapi terkadang kita
memiliki kepikiran bahwa kita tidak layak atau tidak patut untuk menerima
Perjamuan Kudus, karena kita belum mampu mengampuni orang lain. Atau
mungkin kita berpikir, bahwa kita tidak pantas atau tidak layak datang ke
meja makan Tuhan, karena kita merasa diri kita terlalu kotor. Kita merasa
malu dihadapan Tuhan, kita takut kalau dengan menerima Perjamuan Kudus
dengan tidak patut, justru akan menjadi laknat bagi kita.
Kerinduan yang besar untuk benar-benar mampu mengampuni orang lain dan penyesalan yang sungguh-sungguh, dapat menjadi pendorong bagi kita untuk tetap datang ke meja Perjamuan Tuhan, sehingga kita dapat menarik tenaga yang besar yang terkandung dalam dari Perjamuan Kudus, sehingga memampukan kita untuk mengampuni orang lain. Kita dapat meyakini dan percaya bahwa Allah, Tuhan kita, melihat usaha kita.
Demikianlah, marilah kita senantiasa menarik
pertolongan, tawaran kemurahan, yang Allah sediakan bagi kita dan jangan
biarkan berbagai macam perkara, kepikiran, kekurang-mengertian dan sikap kita, mengahalangi
kita atau menolak tawaran kemurahan, pertolongan dan belas kasihan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar