Haruslah engkau mengasihi Tuhan, Allah-Mu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya. (Ulangan 11:1)
Nas ini diambil dari kata-kata Musa yang ditujukan kepada orang-orang Israel, sesaat sebelum mereka masuki tanah perjanjian, setelah empat puluh tahun mengembara melewati padang gurun. Kata-kata ini disampaikan Musa berdasarkan tugas Allah. Sekali lagi Musa mengingatkan orang-orang itu, betapa menakjubkannya pertolongan ilahi yang telah mereka alami sejak mereka keluar dari Mesir. Karena Allah telah menuntun dengan begitu mengherankan dan menjadikan mereka umat yang besar, haruslah mereka membalas kasih-Nya dan mematuhi peraturan-peraturan-Nya, petunjuk-petunjuk-Nya, ketetapan-ketetapan-Nya dan perintah-perintah-Nya. Melalui Musa Allah menjanjikan berkat yang besar bagi mereka yang bersedia melakukannya.
Marilah kita alihkan peristiwa ini ke zaman kita, zaman perjanjian baru. Pada masa sekarang ini, umat Allah juga telah hampir sampai ke tanah perjanjian dan para hamba Tuhan mengingatkan kita mengenai perbuatan besar yang telah Allah lakukan kepada kita di dalam kasih-Nya. Mereka juga minta agar kita menunjukkan kasih kita kepada Yang Mahakuasa, dengan cara kita mematuhi peraturan-peraturan-Nya, petunjuk-petunjuk-Nya dan perintah-perintah-Nya. Ketetapan-ketetapan-Nya hendaknya menjadi nyanyian mazmur kita di rumah yang kita diami sebagai orang asing (bandingkan dengan Mazmur 119:54; 2 Korintus 5:1).
Yesus menetapkan kasih kepada Allah sebagai “hukum yang terutama dan yang pertama” (bandingkan dengan Matius 22:37-38). Tidaklah mungkin untuk mengasihi Allah tanpa bersetia kepada-Nya. Kasih dan kesetiaan, berhubungan satu dengan yang lain. Jika keduanya tidak hanya sekedar merupakan pengakuan di bibir saja, maka keduanya harus tercermin di dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Barangsiapa mengasihi Allah dengan segenap hatinya, dan oleh karena itu ingin tetap bersetia kepada-Nya sampai akhir, maka ia akan berusaha sekuat tenaga untuk tumbuh ke dalam sifat Yesus. Semakin sifat ini terbentuk di dalam diri kita, semakin mudah bagi kita untuk menggenapi perintah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum…”(Matius 22:39-40).
Allah itu kasih. Berdasarkan kasih-Nya, Ia memberikan petunjuk-petunjuk-Nya yang pada akhirnya berguna bagi kita untuk ikut ambil bagian di dalam kebangkitan pertama. Di dalam firman-Nya terdapat tenaga untuk dapat mngikut dan menjadi pemenang. Kemurahan-Nya yang telah di berikan kepada kita melalui pengurbanan Putera-Nya, membuat kita bebas dan terlepas dari dosa-dosa kita. Kita membalas kasih ini, dengan melakukan apa yang di sampaikan-Nya, melalui firman-Nya.
Terinspirasi BJRB03121997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar