Senin, 05 September 2016

“Tuhan, Betapa Bahagianya Kami Berada Di Tempat Ini” (Matius 17:4)



Nas Alkitab :

Kata Petrus kepada Yesus: “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, Satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.
 
Anak-anak Allah memiliki tempat khusus, di mana mereka mengalami kesukaan dan kebahagiaan. Tempat itu adalah rumah Tuhan. Di sana mereka merasakan kedekatan Kristus. Mereka menerima penghiburan, penguatan dan pengarahan melalui firman Allah yang hidup dari mezbah, dan mereka merasa nyaman.

Rasul Petrus, Yakobus dan Yohanes mengetahui bahwa suasana kasih, damai sejahtera dan kebahagiaan meliputi Guru mereka, Yesus Kristus. Mereka merasakan ini dengan sangat kuatnya ketika mereka berada bersama-sama Tuhan di atas Gunung Kemuliaan. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa mereka ingin senantiasa tetap berada dekat dengan-Nya. Selain itu, mereka juga mengalami penjumpaan dengan dua hamba Allah dari alam sana: Musa dan Elia. Sungguh suatu kebahagiaan yang sempurna! Dan kini mereka harus turun gunung lagi! Mereka tidak menyukai apapun yang lain, mereka lebih suka di dalam persekutuan yang penuh bahagia ini. Oleh karena itu, kata-kata: “Tuhan, betapa bahagianya kami di tempat ini”, memberikan gambaran yang jelas ke dalam perasaan para murid. 

Betapa sering kita juga merasakan seperti ini ketika kita di tuntun ke atas “Gunung Kebahagiaan” di dalam kebaktian-kebaktian; penghiburan yang mengalir dari firman Allah menutupi semua keadaan yang tidak menyenangkan dan melenyapkan semua pikiran yang tidak menyukakan. Kita bahagia melalui pekerjaan Roh, di bebaskan dari dosa dan di tuntun ke dalam persekutuan yang erat dengan Yesus Kristus malalui perjamuan Kudus. Pengalaman-pengalaman semacam itu membuat kita juga ingin untuk tetap berada di sana.

Walau tentu saja kita tidak dapat selalu berada di dalam kebaktian. Tetapi kita dapat lebih sering berada di “lingkungan” ilahi. Jika kita dapat memelihara persekutuan satu sama lain,

  • Melalui kehidupan doa kita.
  • Dengan menundukkan hidup kita ke bawah kehendak Allah.
  • Dan melalui persekutuan dengan anak-anak Allah dan para pembawa berkat kita.

Tuhan tidak dapat mengabulkan keinginan Rasul saat itu – penggenapan tugas-Nya dan kepulangan-Nya kembali kepada Bapa-Nya sudah dekat. Tetapi Ia berjanji akan senantiasa menyertai mereka (bandingkan dengan Matius 28:20) dan akan datang kembali untuk mengambil para milikNya. Ia juga menjanjikan penghibur, Roh Kudus, yang akan menciptakan suasana kasih dan damai sejahtera di antara umat Allah. Kita telah diberikan sedikit pra-kesukaan di dalam setiap kebaktian, mengenai apa artinya berada di dalam persekutuan yang kekal dengan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar