Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus, dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah
Pengajaran
Di dalam terjemahan yang lain, disebutkan, "Sebab
itu marilah kita tinggalkan apa yang mula - mula diajarkan perihal
Kristus, dan berpaling kepada kesempurnaan....."(Salinan Alkitab Jerman)
Ayat di atas mengungkapkan suatu kilas balik dan suatu pandangan ke masa depan. Pada dasarnya Injil: berbalik dari pekerjaan-pekerjaan yang mati, kepada kepercayaan pada Allah, baptisan, tumpangan tangan, kebangkitan orang-orang yang telah mati dan penghakiman.
Ayat di atas mengungkapkan suatu kilas balik dan suatu pandangan ke masa depan. Pada dasarnya Injil: berbalik dari pekerjaan-pekerjaan yang mati, kepada kepercayaan pada Allah, baptisan, tumpangan tangan, kebangkitan orang-orang yang telah mati dan penghakiman.
Dan bagaimanakah
pandangan ke masa depan? Di dalam surat Ibrani, pasal-pasal selanjutnya,
berhubungan dengan Yesus Kristus sebagai imam kepala, perantara antara
Allah dan manusia. Injil, yang kita percayai adalah sesuatu
yang sempurna dan sesuatu yang luar biasa. Kita percaya kepada Allah,
Sang Bapa, Sang Putra dan Roh Kudus. Kita percaya kepada berlakunya
kurban Yesus yang kekal. Kita percaya kepada jawatan Rasul yang
didirikan oleh Yesus Kristus. Para Rasul diutus untuk mengajar dan
membaptis dengan air dan Roh Kudus.
Injil itu sempurna, maka kita juga harus menjadi sempurna.
Apabila
seseorang telah matang di dalam kepercayaannya, orang akan mengharapkan
pribadi yang tenang dan bijaksana darinya. Di dalam hati seorang anak
Allah "yang matang", iri hati atau rasa tidak berbelas-kasihan, sulit
berkembang di dalamnya. Di hati yang matang timbul keinginan untuk
memenuhi kehendak Allah, menjadi serupa dengan Kristus dan untuk menjadi
pertolongan bagi sesama kita.
Apabila
dikatakan perihal " menjadi sempurna", maka dapat dipahami bahwa hal tersebut adalah suatu proses. Untuk mencapai kepatutan, selain membutuhkan usaha dari diri kita sendiri, juga dibutuhkan usaha untuk memiliki pemahaman yang lebih dalam perihal hubungan ilahi, dan tidak membiarkan
diri kita disesatkan oleh ketidak-tahuan dan gambaran yang salah, tentang Injil Kristus. Karena
pengetahuan akan Sang Putera Allah, akan menjadikan kita orang yang sempurna "
menuju ukuran kepenuhan Kristus yang sepenuhnya" (Efesus 4:13).
Melalui jasa Sang Putera Allah yang kita terima di dalam firman dan sakramen,
kita memperoleh tenaga yang besar untuk berjalan di atas jalan menuju kesempurnaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar