Kamis, 01 September 2016

Pentingnya Pertobatan (Lukas 15:7)



Nas Alkitab :

Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada suka cita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.
 
Pengertian pertobatan adalah kata kunci dalam Injil; pertobatan dan kepercayaan kepada Injil berjalan bersama-sama (bandingkan dengan Markus 1:15). Kata pertobatan sering di temukan dalam Alkitab, khususnya di dalam Perjanjian Baru. Sejak zaman Perjanjian Lama, orang-orang Israel berulangkali di ingatkan agar merubah cara hidup mereka. Pada masa itu, nabi Yehezkiel mengingatkan: “Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan” (Yehezkiel 18:30)

Dengan tegas Allah berseru kepada semua orang untuk bertobat (Kisah para Rasul 17:30). Pertobatan itu penting karena kejahatan merupakan sifat umat manusia, sedangkan kebenaran menuntut pertobatan. Kristus mengkhotbahkan pertobatan dan Allah mengharapkan pertobatan pada kita.

Bagian yang begitu penting dari pengajaran Kristus dan doktrin Kerasulan Baru tidak bisa di desak ke latar belakang. Tentu saja kita lebih senang mendengar khotbah mengenai kebaikan umat manusia daripada mengenai kejahatannya, dan akan lebih senang membicarakan mengenai martabat umat manusia dari pada kedegilannya. Namun bukankah ini dapat memperbesar bahaya, bahwa kita mungkin mulai menganggap kemurahan sebagai hal yang wajar?

Pertobatan yang sejati membutuhkan kesadaran, bahwa ia telah berdosa. Orang tidak berbalik, sebelum ia mengenali dan sadar, bahwa ia berada di atas jalan yang salah. Dari manakah asal pengenalan ini? Dari hasil kerja sama antara Roh Kudus, firman Allah, dan dengan hati nurani kita sendiri. Di mana hati nurani telah di tumpulkan karena terbiasa melakukan dosa, maka tidak terpikirkan lagi mengenai pertobatan. Renungkanlah mengenai penjahat-penjahat yang sama sekali tidak merasa bersalah atau tidak menyesali perbuatan mereka karena mereka berulangkali melakukan kejahatan, mereka tidak lagi mengenalinya sebagai kejahatan. Mereka kehilangan kemampuan untuk membedakan atara yang baik dan yang jahat.

Namun seorang pendosa yang merasa bersalah mengenai apa yang telah ia lakukan, karena sebenarnya ia ingin melakukan apa yang benar dan layak, akan selalu siap untuk berbalik. Ia tidak perlu putus asa atas ketidaksempurnaannya, karena ia mengalami kedekatan Allah: “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19).

Kesedihan seorang pendosa mengenai perbuatannya merupakan duka cita ilahi, yang membawa keselamatan dan bukan membawa kerugian (bandingkan dengan 2 Korintus 7:9-10). Pertobatan semacam ini bukan merupakan suatu perbuatan yang berarti, tetapi suatu perubahan jiwa yang mengarah pada keselamatan dan kebahagiaan. Penduduk Niniwe mendengar firman Allah, bertobat dan di selamatkan. Petrus bertobat dan menjadi soko guru Gereja Kristus. Saul berbalik dan Allah dapat mepergunakannya untuk menyebarluaskan terang Injil ke dalam dunia orang-orang yang tak mengenal Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar